TASIKMALAYA – Pembahasan tentang usia manusia selalu menjadi misteri. Berapa lama kita hidup, capaian apa yang diraih, dan fase-fase apa yang dilalui, semuanya adalah rahasia Allah. Manusia hanya diminta untuk berusaha dan berdoa semaksimal mungkin agar hidupnya mencapai titik yang ideal.
Islam sebenarnya telah memberikan peta lengkap untuk menjalani kehidupan. Al-Qur’an sebagai petunjuk utama, dilengkapi hadits-hadits Rasulullah ﷺ yang menuntun manusia menjauhi kerusakan dan memasuki jalan-jalan kebaikan. Namun di banyak bidang, umat Islam sering kali membatasi keteladanan Rasul hanya pada urusan ibadah ritual, sementara aspek kehidupan lainnya diambil dari teori-teori modern.
Padahal, penelitian ilmiah yang valid justru terus menguatkan nilai-nilai yang disampaikan Rasulullah ﷺ. Zaman ini seperti sedang mencari kembali figur Rasul sebagai teladan universal bukan hanya untuk urusan ibadah, tapi juga kehidupan sehari-hari, termasuk soal usia ideal.
Hadits yang Menggambarkan Rentang Usia Umat Nabi
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
“Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, sedikit yang melampaui itu.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
Hadits ini seolah menjadi “tantangan ilmiah.” Para peneliti dunia baik muslim maupun non-muslim dipersilakan menguji data rata-rata harapan hidup manusia modern. Dan benar saja, mayoritas penelitian global menunjukkan bahwa rata-rata usia hidup manusia berada di rentang 60–70 tahun.
BACA JUGA : Ketika Solusi Langit Turun: Cahaya Wahyu Pertama dari Gua Hira
Rasulullah dan Para Sahabat: Usia Sedang yang Ideal
Usia Rasulullah ﷺ saat wafat adalah 63 tahun, tepat berada dalam rentang yang beliau sebutkan. Menariknya, tiga khalifah pertama—Abu Bakar, Umar, dan Ali—juga wafat di usia 63 tahun. Adapun Utsman bin Affan wafat pada usia 82 tahun, mewakili sabda “sedikit yang melampaui itu.”
Dari sini terlihat bahwa usia panjang atau pendek bukan ukuran utama. Yang lebih penting adalah keberkahan usia.
Contohnya:
-
Anas bin Malik, sahabat Nabi yang hidup hingga 103 tahun, menghabiskan usia panjangnya dengan ibadah, ilmu, dan kontribusi peradaban.
-
Imam an-Nawawi, yang wafat pada usia 45 tahun, justru meninggalkan karya-karya monumental seperti Riyadhus Shalihin, al-Majmu’, dan petunjuk fikih yang masih digunakan hingga hari ini.
Inilah bukti bahwa keberkahan bisa lebih berharga daripada lamanya angka usia.
Panjang Umur Tanpa Ketaatan Bukanlah Keberhasilan
Islam tidak melarang seseorang berdoa agar dipanjangkan umur. Namun panjang umur tanpa amal shaleh dan manfaat hanyalah beban. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya.”
(HR. Ahmad, Tirmidzi)
Doa panjang umur pun harus dibarengi dengan harapan agar hidup dipenuhi ketaatan kepada Allah. Sebab al-Qur’an sendiri mencela orang-orang yang hanya mengejar umur panjang tanpa makna, sebagaimana disebutkan tentang Bani Israil di QS. Al-Baqarah: 96.
Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa usia ideal bukanlah yang paling panjang, melainkan usia yang:
-
berada pada batas umum umat manusia (60–70 tahun),
-
penuh ketaatan, karya, dan kontribusi,
-
ditutup dengan husnul khatimah.
Usia Rasulullah—63 tahun—adalah usia sedang, usia produktif, dan usia ideal yang penuh warisan peradaban. Beliau membuktikan bahwa usia yang tidak terlampau panjang pun bisa menghasilkan perubahan terbesar dalam sejarah manusia.
Dalam Islam, ukuran terbaik bukanlah berapa lama kita hidup, tetapi seberapa berkualitas dan berkah usia itu dijalani. Rasulullah ﷺ telah menunjukkan standar ideal itu dengan sempurna yakni hidup sedang, karya besar, dan keberkahan yang abadi. (*/)
Sumber : Disadur dari berbagai sumber Kitab Islam












