TASIKMALAYA – Al-Qur’an tidak hanya mengkritik jahiliyah sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sebagai gaya hidup—termasuk cara berpakaian dan bersikap.
Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah dahulu.”
(QS. Al-Ahzab: 33)
Ayat ini menegaskan bahwa penampilan dan perilaku bukan perkara sepele. Keduanya adalah cermin nilai, sekaligus pintu masuk rusaknya tatanan moral.
Mengapa Penampilan Menjadi Masalah Besar?
Karena salah satu misi utama Iblis sejak awal adalah menelanjangi manusia, baik secara fisik maupun moral.
“Ia menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat mereka.”
(QS. Al-A’raf: 27)
Ketika rasa malu dikikis dan aurat dinormalisasi untuk dipertontonkan, saat itulah jahiliyah bekerja dengan wajah baru. Yang sering diklaim sebagai kebebasan berekspresi, tidak jarang hanyalah kejahiliyahan yang dikemas modern.
BACA JUGA : Jahiliyah dalam Al-Qur’an (2): Ketika Hukum Manusia Menggantikan Wahyu
BACA JUGA : Jahiliyah dalam Al-Qur’an (1): Prasangka dan Keyakinan yang Merusak Tauhid
Semakin jahiliyah suatu masyarakat, semakin kabur batas aurat, adab, dan rasa malu. Akhirnya, yang tidak pantas dianggap biasa, bahkan dibanggakan.
Aturan Islam: Perlindungan, Bukan Pengekangan
Islam tidak memusuhi keindahan. Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Namun Allah juga Maha Mengetahui bahwa kerusakan penampilan akan berujung pada kerusakan moral, keluarga, dan keamanan sosial.
Karena itu, aturan berpakaian dan adab dalam Islam bukanlah penjara, melainkan benteng perlindungan—agar manusia tetap bermartabat, bukan sekadar bebas tanpa arah. (*/)












