TASIKMALAYA – Hari Disabilitas Internasional atau International Day of Persons with Disabilities (IDPD) kembali diperingati pada 3 Desember 2025. Momentum tahunan ini menjadi pengingat penting bagi dunia untuk memperkuat penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dalam seluruh aspek kehidupan.
BACA JUGA : Bupati Tasikmalaya Peluk Guru Honorer yang 25 Tahun Mengabdi: Momen Haru Warnai Pengangkatan PPPK
Sejarah Hari Disabilitas Internasional
Peringatan Hari Disabilitas Internasional pertama kali ditetapkan pada 1992 melalui Resolusi 47/3 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sejak itu, setiap 3 Desember menjadi ajang global untuk meningkatkan kepedulian terhadap kondisi, tantangan, dan kebutuhan penyandang disabilitas.
Dikutip dari detik.com, Gerakan internasional untuk inklusi disabilitas telah dimulai sejak 1981 ketika PBB menetapkan International Year of Disabled Persons, dilanjutkan dengan United Nations Decade of Disabled Persons pada 1983–1992. Tonggak besar kemudian hadir pada 2006 melalui pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yang memperkuat perlindungan hak penyandang disabilitas secara global.
CRPD menjadi dasar pelaksanaan berbagai agenda pembangunan internasional, seperti Agenda 2030 Sustainable Development Goals (SDGs), New Urban Agenda, Kerangka Sendai, serta Piagam Inklusi Penyandang Disabilitas dalam Aksi Kemanusiaan.
Peringatan Hari Disabilitas Internasional bertujuan memajukan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas dalam bidang sosial, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, dan budaya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara konsisten menyoroti pentingnya memastikan partisipasi penuh dan setara bagi penyandang disabilitas tanpa hambatan.
Data WHO terbaru menyebut lebih dari 1,3 miliar orang di dunia hidup dengan disabilitas signifikan. Namun, mereka masih menghadapi kesenjangan besar dalam akses layanan kesehatan, pendidikan, serta kesempatan kerja.
Tema Hari Disabilitas Internasional 2025
Tema resmi peringatan IDPD 2025 adalah:
“Mendorong Masyarakat Inklusif bagi Penyandang Disabilitas untuk Kemajuan Sosial”
(Fostering Disability-Inclusive Societies for Advancing Social Progress)
Peringatan tahun ini digelar di Markas Besar PBB, New York.
Tema tersebut menekankan pentingnya membangun masyarakat yang benar-benar inklusif sebagai prasyarat kemajuan sosial. PBB menegaskan bahwa inklusi merupakan komitmen global yang kembali dikuatkan para pemimpin dunia melalui Second World Summit for Social Development.
Dalam konteks pembangunan sosial, ada tiga isu utama yang menjadi fokus peringatan tahun ini:
-
Pengentasan kemiskinan (poverty eradication)
-
Peluang kerja layak dan produktif untuk semua (promotion of full and productive employment and decent work for all)
-
Integrasi sosial (social integration)
Tantangan Terkini di Indonesia
Di Indonesia, data terkini menunjukkan masih banyak pekerjaan rumah dalam mewujudkan inklusi disabilitas. BPS mencatat lebih dari 17,8 juta penyandang disabilitas pada 2024.
Namun tantangannya masih besar:
-
Hanya sekitar 23,94% penyandang disabilitas yang bekerja.
-
75% di antaranya bekerja di sektor informal.
-
Partisipasi pendidikan sangat rendah — hanya sekitar 2,8% yang menempuh pendidikan tinggi.
Angka tersebut menunjukkan pentingnya perhatian serius terhadap akses pendidikan, dunia kerja, dan layanan publik yang lebih inklusif.
Melalui peringatan tahun ini, PBB dan WHO kembali menyerukan agar setiap negara mempercepat kebijakan inklusif di seluruh bidang kehidupan. Inklusi disabilitas tidak hanya menjadi isu hak asasi manusia, tetapi juga bagian penting dari pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. (LS)
