TASIKMALAYA – Jahiliyah sering dipahami sebagai masa sebelum Islam. Padahal, Al-Qur’an tidak membatasi jahiliyah pada zaman tertentu, melainkan menjelaskannya sebagai pola pikir dan keyakinan yang bisa hidup di era mana pun.
Salah satu bentuk paling berbahaya adalah prasangka atau keyakinan jahiliyah (ẓann al-jāhiliyyah).
“Mereka menyangka terhadap Allah dengan sangkaan yang tidak benar, sangkaan jahiliyah.”
(QS. Ali Imran: 154)
Ayat ini turun bukan untuk orang musyrik Mekah, melainkan kaum munafik di Madinah. Mereka hidup di tengah masyarakat Islam, tetapi menyimpan keyakinan keliru tentang Allah.
BACA JUGA : Sariyyah Pertama di Masa Nabi Muhammad SAW yang Mengguncang Ekonomi Quraisy
Ketika Keyakinan Salah Disebut Prasangka
Al-Qur’an menyebut keyakinan kaum musyrik sebagai prasangka, bukan ilmu.
“Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka.”
(QS. Al-An’am: 148)
Ini pelajaran penting: tidak semua yang diyakini itu benar, meskipun diyakini dengan sungguh-sungguh.
Keyakinan bahwa nasib ditentukan benda, angka, hari tertentu, manusia sakti, atau kekuatan selain Allah—semua ini termasuk dzan jahiliyah.
Jahiliyah yang Tidak Pernah Mati
Jahiliyah jenis ini akan terus hidup selama Iblis masih menjalankan misinya. Ia tidak selalu mengajak manusia menyembah berhala, tetapi menyusupkan keyakinan salah tentang Allah.
Maka menjaga tauhid bukan hanya melawan syirik kasar, tetapi juga membersihkan prasangka batin terhadap Rabb semesta alam. (*/)












