TASIKMALAYA – Anggota Komisi X DPR RI, H. Ferdiansyah, SE, MM, mendorong percepatan revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui program Digital TVET. Hal itu disampaikannya saat membuka kegiatan Digital TVET di Hotel Harmoni, Kota Tasikmalaya, Jumat (14/11/2025).
BACA JUGA : Kasus Penculikan Anak Marak, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Imbau Sekolah dan Orang Tua Perketat Pengawasan
Digital TVET sendiri merupakan implementasi dari Technical and Vocational Education and Training, yaitu pendidikan dan pelatihan teknis serta kejuruan yang menekankan keterampilan praktis sesuai kebutuhan dunia kerja. Program ini menjadi salah satu strategi pemerintah dalam meningkatkan kompetensi siswa SMK melalui teknologi digital.
Dalam sambutannya, Ferdiansyah menekankan bahwa kegiatan praktik di SMK membutuhkan biaya besar. Oleh karena itu, kehadiran Digital TVET dapat menjadi jembatan ketika sarana praktik nyata belum tersedia secara lengkap.

“Kita fahami bahwa hal-hal yang berkaitan dengan praktik ini cukup mahal. Maka Digital TVET bisa menjadi jembatan apabila praktik sesungguhnya belum tersedia, melalui simulator digital,” ujarnya.
Menurutnya, penggunaan animasi dan tampilan digital yang menyerupai kondisi asli dapat membantu siswa memahami materi praktis tanpa harus selalu menggunakan peralatan fisik yang mahal.
Ferdiansyah menjelaskan bahwa Digital TVET juga dirancang untuk mempermudah kolaborasi antara siswa SMK dan para pelaku wirausaha, terutama dalam proses pelatihan maupun magang.
“Agar ketika magang berkolaborasi dengan wirausaha, kita tidak perlu lama-lama. Semuanya jadi lebih mudah,” jelasnya.
Dengan pendekatan ini, siswa dapat memperoleh pengalaman kerja lebih cepat dan terukur, sementara dunia usaha mendapatkan tenaga magang yang telah dibekali keterampilan dasar melalui simulator digital.
Ia juga menegaskan pentingnya menjaga standar kompetensi para trainer atau pengajar di SMK. Menurutnya, seorang trainer harus lulus uji kompetensi dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk memastikan kelayakan mengajar.
“Harus ada tes, harus ada komunikasi untuk menyatakan yang bersangkutan lulus sebagai trainer,” tegasnya.
Jika suatu SMK belum memiliki trainer yang memenuhi standar, maka pendampingan khusus akan dilakukan sehingga proses pembelajaran tetap berjalan optimal.
Ferdiansyah menutup penjelasannya bahwa penerapan Digital TVET tidak bisa dilakukan sekaligus. Ada beberapa aspek yang harus dipersiapkan mulai dari pendanaan, sumber daya manusia, hingga distribusi teknologi.
“Harus dilakukan bertahap menyangkut biaya, menyangkut orangnya, menyangkut distribusi teknologinya,” pungkasnya.
Program Digital TVET ini diharapkan menjadi akselerator bagi revitalisasi SMK, sehingga lulusan SMK mampu menjawab kebutuhan industri, dunia usaha, dan dunia kerja di era digital. (Rizky Zaenal Mutaqin)












