TASIKMALAYA – Peringatan Hari Pahlawan Nasional 10 November menjadi momentum bagi bangsa Indonesia untuk meneladani semangat juang para tokoh yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan. Dari masa kerajaan dan kesultanan Islam hingga masa pendudukan Belanda, para pahlawan tersebut menunjukkan keteguhan hati dalam mempertahankan kedaulatan dan martabat bangsa.
BACA JUGA : Gubernur Jabar Larang Hukuman Fisik di Sekolah, Siapkan 200 Pengacara untuk Damping Guru
Gelar Pahlawan Nasional diberikan pemerintah melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia kepada mereka yang berjasa besar bagi bangsa dan negara. Gelar ini pertama kali dianugerahkan oleh Presiden Soekarno pada 1950-an kepada Abdul Muis, dan hingga kini terus diberikan kepada tokoh-tokoh yang berjuang di berbagai bidang, termasuk dari masa kerajaan Nusantara.

Dari catatan sejarah, sejumlah tokoh penting dari era kerajaan hingga masa penjajahan Belanda diakui sebagai pahlawan nasional karena peran besar mereka dalam menentang penindasan dan memperjuangkan kemerdekaan.
Berikut daftar 10 pahlawan nasional dari masa kerajaan Islam hingga pendudukan Belanda, beserta jasa dan perjuangannya, dikutip dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional karya Julinar Said dan Triana Wulandari.
-
Sultan Agung Anyokrokusumo (1591–1645)
SK Pahlawan Nasional No. 106/TK/1975.
Raja Mataram yang berambisi mempersatukan Jawa dan memimpin dua kali serangan besar ke Batavia untuk mengusir VOC. Ia juga memperkenalkan penanggalan Jawa-Islam yang masih digunakan hingga kini. -
Sultan Hasanuddin (1631–1670)
SK Pahlawan Nasional No. 087/TK/1973.
Raja Gowa yang dikenal sebagai “Ayam Jantan dari Timur”. Ia memimpin perlawanan terhadap VOC dalam Perjanjian Bongaya (1667) dan menolak dominasi Belanda di wilayah timur Indonesia. -
Nyi Ageng Serang (1752–1828)
SK Pahlawan Nasional No. 084/TK/1974.
Tokoh perempuan asal Serang, Kulon Progo, yang turut memimpin pasukan dalam Perang Jawa bersama Pangeran Diponegoro. Dikenal dengan taktik “daun lumbu” sebagai kamuflase pasukan. -
Kapitan Pattimura (1783–1817)
SK Pahlawan Nasional No. 087/TK/1973.
Pemimpin perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda. Berhasil merebut Benteng Duurstede dan tetap menolak tunduk meski diancam hukuman mati. -
Tuanku Imam Bonjol (1772–1864)
SK Pahlawan Nasional No. 087/TK/1973.
Pemimpin Perang Padri (1821–1837) di Sumatera Barat. Berjuang menegakkan ajaran Islam dan menentang penjajahan Belanda serta kemerosotan moral masyarakat. -
Pangeran Diponegoro (1785–1855)
SK Pahlawan Nasional No. 087/TK/1973.
Pemimpin Perang Jawa (1825–1830). Menolak campur tangan Belanda di Keraton Yogyakarta dan mengobarkan semangat jihad serta nasionalisme melawan penjajahan. -
Martha Christina Tiahahu (1800–1818)
SK Pahlawan Nasional No. 012/TK/1969.
Putri Maluku yang berjuang bersama ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, melawan Belanda. Ia menolak menyerah dan gugur dalam perjalanan ke Jawa. -
Sri Susuhunan Pakubuwono VI (1807–1849)
SK Pahlawan Nasional No. 294/TK/1964.
Raja Kasunanan Surakarta yang diam-diam membantu perjuangan Pangeran Diponegoro. Akibatnya, ia ditangkap dan diasingkan ke Ambon hingga wafat. -
Pangeran Antasari (1809–1862)
SK Pahlawan Nasional No. 06/TK/1968.
Tokoh Kalimantan Selatan yang memimpin Perang Banjar melawan Belanda dan menolak perundingan dengan penjajah. Ia mempersatukan rakyat dari Hulu Sungai hingga Kapuas dalam satu front perlawanan. -
Sultan Thaha Syaifuddin (1816–1904)
SK Pahlawan Nasional No. 079/TK/1977.
Sultan Jambi yang menolak tunduk pada kekuasaan Belanda dan terus berjuang hingga akhir hayatnya. Dikenal sebagai simbol keteguhan iman dan semangat Islam dalam melawan penjajahan.
Peringatan Hari Pahlawan menjadi momen penting bagi bangsa Indonesia untuk mengingat bahwa kemerdekaan bukan hadiah, melainkan hasil dari perjuangan panjang para pendahulu. Semangat juang, keberanian, dan cinta tanah air yang ditunjukkan para pahlawan diharapkan terus hidup dalam diri generasi penerus bangsa. (LS)












