Pendidikan

Kasus Penculikan Anak Marak, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Imbau Sekolah dan Orang Tua Perketat Pengawasan

×

Kasus Penculikan Anak Marak, Mendikdasmen Abdul Mu’ti Imbau Sekolah dan Orang Tua Perketat Pengawasan

Sebarkan artikel ini

TASIKMALAYA – Maraknya kasus penculikan anak kembali menjadi sorotan publik setelah hilangnya Bilqis, bocah asal Makassar yang diculik dan ditemukan selamat di Jambi. Setelah enam hari pencarian intensif, Bilqis akhirnya dipastikan kembali ke pangkuan kedua orang tuanya. Fenomena penculikan anak yang berulang ini juga mendapat perhatian serius dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti.

BACA JUGA : Bupati Tasikmalaya Bahas Revitalisasi Pendidikan Bersama Mendikdasmen Abdul Mu’ti

Mu’ti menilai kasus penculikan bisa diminimalisasi apabila pengasuhan anak dilakukan secara serius, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah. Menurutnya, pengawasan yang longgar sering menjadi celah bagi pelaku kejahatan untuk membawa kabur anak.

“Anak hilang itu kebanyakan terjadi ketika mereka sedang bermain, lalu ada orang berniat jahat yang menculik. Karena itu penting memberikan perhatian terhadap pengasuhan anak sebaik-baiknya, baik di sekolah maupun di rumah,” ujar Mu’ti, (13/11/2025), dikutip dari detik.com.

Sekolah Diminta Terapkan Sistem Penjemputan yang Ketat

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah itu menegaskan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam mencegah tindak penculikan. Ia mengimbau agar setiap sekolah, terutama jenjang PAUD, TK, dan SD kelas awal, memiliki aturan jelas mengenai siapa yang berhak mengantar dan menjemput siswa.

Mu’ti mengingatkan sekolah untuk memastikan bahwa penjemput benar-benar bagian dari keluarga atau orang yang mendapat mandat resmi dari orang tua. Hal ini penting untuk menghindari potensi penculikan yang mengatasnamakan penjemputan.

Mendikdasmen, Abdul Mu’ti

“Sekolah harus memastikan yang mengantar dan menjemput adalah keluarga atau pihak yang dipercaya. Jangan sampai anak dijemput oleh orang yang tidak dikenali,” pesannya.

Ia juga menyarankan agar sekolah memiliki data khusus penjemput siswa, sehingga pengamanan menjadi berlapis. Data tersebut bisa berupa identitas penjemput, nomor kontak, hingga dokumentasi visual untuk memudahkan verifikasi.

“Kalau perlu sekolah punya data siapa yang mengantar, siapa yang menjemput. Ini bagian dari pengamanan,” tegasnya.

Masyarakat Diimbau Perkuat Budaya Saling Menjaga

Selain sekolah dan orang tua, Mu’ti turut menyoroti pentingnya peran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Ia mengajak warga RT dan RW untuk menghidupkan kembali budaya saling menjaga, terutama ketika anak-anak bermain di ruang publik.

“Anak-anak yang bermain di ruang umum harus ada pendamping. Kalau tidak ada pendamping, minimal ada tetangga yang mengawasi,” ujarnya.

Mu’ti menyebut konsep neighborhood atau budaya kewargaan sebagai kunci penguatan keamanan di tengah masyarakat. Menurutnya, rasa kepedulian antarwarga perlu dibangun kembali agar anak-anak dapat beraktivitas dengan aman.

“Kita perkuat budaya kewargaan, di mana semua saling menjaga. Walaupun bukan anak kita, mereka adalah tetangga dan keluarga kita yang harus dijaga bersama-sama,” tandasnya.

Kasus Bilqis Jadi Pengingat: Pengawasan Anak Harus Diperketat

Kasus penculikan Bilqis menjadi pengingat bahwa kejahatan terhadap anak bisa terjadi kapan saja. Mu’ti berharap masyarakat, sekolah, dan orang tua dapat meningkatkan kewaspadaan agar kejadian serupa tidak terulang.

Dengan pengawasan berlapis, komunikasi yang baik, serta budaya saling menjaga, ia optimistis lingkungan yang aman bagi anak dapat tercipta. (LS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *