TASIKMALAYAKU.ID – Pagi yang biasanya tenang di Kota Tasikmalaya berubah menjadi riuh ketika puluhan warga dari Kampung Bengkok dan Kampung Cibatu memblokade jalan dan bergerak menuju Balai Kota. Aksi ini adalah luapan kekesalan mereka atas jalan rusak yang tak kunjung diperbaiki selama lebih dari satu dekade.
Radhi Jalaluddin Nazir (28), yang didapuk menjadi juru bicara warga, berbicara lantang menyuarakan keresahan masyarakat. Ia mengatakan bahwa debu dan kendaraan berat yang berlalu-lalang tanpa henti sudah menjadi bagian dari penderitaan sehari-hari. “Ini bukan hanya jalan, ini urat nadi kami. Tapi kami dipaksa hidup dalam gangguan terus-menerus,” ujarnya tegas.
Gaya hidup warga pun ikut terdampak. Kebisingan dan polusi menyelimuti permukiman, mengusik ketenangan bahkan saat mereka hanya ingin duduk santai di depan rumah. Menurut Radhi, masyarakat tak lagi bisa menoleransi perbaikan ala kadarnya. “Kami bukan minta ditambal asal-asalan. Kami ingin jalan ini dibangun dengan benar, sesuai standar kendaraan berat,” tambahnya dengan penuh tekanan.
Sementara itu, Hasbi Asidqi, warga lainnya, mengungkapkan betapa mereka sudah berulang kali menyampaikan keluhan melalui forum musrenbang. Sayangnya, upaya itu seperti mengirim surat tanpa alamat. “Padahal cuma lima kilometer dari pusat kota, tapi aspirasi kami seolah tak terdengar,” ujarnya lirih namun menyentil.
Dalam suasana audiensi yang cukup terbuka, pihak pemerintah kota akhirnya sepakat melakukan pengecekan lapangan bersama warga. Hasbi menyebut tim teknis dari pemkot akan langsung turun hari itu juga untuk mengukur dimensi jalan dan meninjau langsung tingkat kerusakannya. “Biar langsung dilihat, seberapa parahnya, seberapa butuhnya dibangun dari awal,” katanya menjelaskan.
Yang menarik, aksi ini didominasi oleh kaum ibu. Dengan membawa bekal makanan, mereka menunjukkan bahwa perjuangan ini bukan aksi sejenak—melainkan bentuk kesungguhan hati. Senyapnya jalan-jalan biasa berubah jadi panggung perjuangan yang damai, namun bersuara keras. (*)