TASIKMALAYAKU.ID – Suasana duka menyelimuti kompleks sekolah TK dan SD Tahfidz Qur’an As Syafiiyah di Desa Mendut, Magelang. Di tengah keceriaan anak-anak yang biasanya mengaji dan bermain di halaman sekolah, kini hanya terdengar lantunan doa dan isak tangis.
Sejumlah guru—para ustazah yang sehari-hari membimbing anak-anak menghafal ayat suci Al-Qur’an—telah pergi untuk selamanya. Mereka menjadi korban dalam kecelakaan maut yang terjadi pada Rabu pagi, di Jalan Purworejo–Magelang, Desa Kalijambe, Kecamatan Bener.
Kecelakaan itu melibatkan sebuah truk tronton bernomor polisi B 9970 BYZ dan sebuah angkot yang mengangkut rombongan guru.
Mereka tengah dalam perjalanan takziah ke rumah duka ayahanda dari kepala sekolah mereka. Namun, niat mulia itu berubah menjadi tragedi yang mencabik hati banyak pihak.
Perjalanan Terakhir yang Penuh Niat Baik
“Kami rencanakan keberangkatan sejak malam. Anak-anak bahkan dipulangkan lebih awal,” kata Bhineke Giandika, anggota Komite Sekolah.
Ia masih tampak terpukul, suaranya bergetar. “Kami tak menyangka, pagi yang biasa itu menjadi perpisahan selamanya bagi sebagian guru kami.”
Rombongan terbagi dalam beberapa kloter. Mereka yang sempat berangkat pagi menaiki angkot yang kemudian bertabrakan dengan truk besar di jalan menurun yang dikenal rawan kecelakaan.
Belum ada keterangan resmi mengenai penyebab pasti insiden, namun keterangan sementara menyebutkan bahwa kendaraan truk diduga mengalami rem blong.
BACA JUGA : Persib Incar Mariano Peralta! Gantikan Posisi Ciro Alves di Liga 1 2025/2026
Daftar Korban: Nama-Nama yang Kini Menjadi Doa
Korban meninggal dunia di RSUD Tjitrowardojo Purworejo:
- Aulia Anggi Pratiwi – warga Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang.
- Finna Mukaromah – warga Desa Rambeanak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
- Divya Kreswinanda – warga Desa Rambeanak, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
- Naeli Nur Saadiyah.
- Isna Hayati – warga Mendut 1, Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Korban meninggal dunia di RSUD Tjokronegoro Purworejo:
- Edi Sunaryo – sopir angkot, warga Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
- Siti Khur Fathonah – warga Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
- Naqi Umi Rohmah – warga Mungkid, Kabupaten Magelang.
- Hesti Nunggraeni Rahayu – warga Mungkid, Kabupaten Magelang.
- Nely Suraya – warga Mungkid, Kabupaten Magelang.
- Mellani – warga Mungkid, Kabupaten Magelang.
Korban Luka-Luka di RSI Loano Purworejo:
- Paiman – pemilik warung di lokasi kecelakaan, mengalami luka ringan dan menjalani rawat jalan.
- Umiyatun – Istri Paiman.
- Ayu Salwa – warga Magelang.
- Mila Mudianawati – warga Magelang.
- Sufita – warga Magelang.
Hingga berita ini ditulis, proses identifikasi dan pendataan masih terus dilakukan pihak kepolisian bersama tim medis.
Sekolah Penghafal Qur’an yang Kehilangan Pelita
TK & SD Tahfidz Qur’an As Syafiiyah dikenal sebagai sekolah berbasis Islam yang memfokuskan pada pendidikan karakter dan hafalan Al-Qur’an. Banyak di antara guru yang menjadi korban merupakan hafizah—penghafal Al-Qur’an yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menjadi panutan akhlak dan spiritualitas.
“Setiap pagi mereka memulai hari dengan zikir bersama anak-anak. Sekarang, tempat itu kosong,” tutur seorang wali murid sambil menyeka air mata.
Di pendopo sekolah, para siswa dan guru duduk bersila, memanjatkan doa-doa terbaik untuk para ustazah yang telah berpulang.
Lebih dari Sekadar Kecelakaan Lalu Lintas
Tragedi ini tidak hanya menyisakan luka fisik dan duka keluarga, tapi juga membuka luka sosial. Jalan yang menjadi lokasi kecelakaan dikenal masyarakat setempat sebagai jalur berbahaya.
Warga sekitar menyebutkan bahwa tidak jarang kendaraan besar mengalami masalah di jalan menurun tersebut.
“Kami sering mendengar rem blong di turunan ini. Tapi pemerintah belum juga memberi perhatian serius,” ungkap seorang warga Kalijambe yang enggan disebutkan namanya.
BACA JUGA : Mariano Peralta, Mimpi Buruk Persib yang Kini Diincar Jadi Rekan, Inilah Profil Lengkapnya!
Doa dan Duka yang Mengalir
Di berbagai pesantren dan komunitas tahfidz di Magelang dan sekitarnya, doa bersama digelar untuk mengenang para korban. Media sosial juga dipenuhi ucapan duka, testimoni haru, dan kenangan dari para murid terhadap guru-guru mereka.
“Ustazah Divya pernah bilang ke saya: ‘Jika nanti saya wafat, doakan saya agar tetap bisa mengajar Qur’an di surga’,” tulis seorang mantan murid dalam unggahan Instagram-nya. Kalimat itu kini terasa sebagai isyarat perpisahan yang menyayat hati. (*)