TASIKMALAYA – Masyarakat Desa Pusparahayu, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya kembali menggelar tradisi budaya Nyawen atau Hajat Lembur sebagai bentuk rasa syukur atas peringatan Hari Jadi Desa (Milangkala) ke-43 tahun, Senin (7/7/2025).
Tradisi yang sarat makna ini bukan hanya menjadi simbol syukur terhadap nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga menjadi ajang pelestarian nilai-nilai luhur Budaya Sunda yang diwariskan oleh para leluhur.
Kepala Desa Pusparahayu, Rahmat Nugraha, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Nyawen merupakan bentuk nyata dari gotong royong dan silaturahmi antarwarga yang selama ini menjadi fondasi kehidupan sosial masyarakat desa.
“Makna dan tujuan dari kegiatan Nyawen (Hajat Lembur) yaitu mempererat silaturahmi dan gotong royong antarwarga sebagai fondasi kehidupan sosial yang harmonis, serta menggali, merawat, dan mewariskan seni buhun serta tatakrama. Ini juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam,” ujar Rahmat.
Ia menambahkan, Hajat Lembur rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki dan keselamatan yang dirasakan masyarakat. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi sarana edukasi bagi generasi muda agar mencintai budaya lokal.
Menurutnya, pelestarian budaya lokal seperti Nyawen merupakan bentuk penghargaan terhadap jasa para leluhur. Dalam kesempatan tersebut, ia mengingatkan pentingnya filosofi Sunda, “Moal aya ayeuna lamun euweuh baheula,” yang berarti “Tidak akan ada hari ini tanpa jasa leluhur.”
“Tradisi ini mengajarkan bahwa masa lalu bukanlah sesuatu yang harus dilupakan, melainkan harus dihidupkan kembali dan dijadikan pijakan untuk membangun masa depan yang berakar kuat,” imbuhnya.
Dikemas Meriah dengan Pentas Seni Tradisional
Kegiatan Nyawen tahun ini juga diramaikan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional khas Sunda, seperti Rudat, Karinding, Pencak Silat, Gondang, Terbang Sajak, dan Terbang Batok. Berbagai kesenian tersebut bukan hanya menjadi hiburan, tapi juga sebagai wahana edukatif yang merepresentasikan kekayaan budaya lokal yang masih lestari.

Nyawen menjadi bukti bahwa desa ini tidak hanya menjaga identitas budaya, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai Destinasi Wisata Edukatif Berbasis Budaya.
Dukungan Lintas Sektor: Bukan Sekadar Tradisi Lokal
Menariknya, perayaan Nyawen ini tak hanya dihadiri oleh masyarakat Desa Pusparahayu, tapi juga mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain Camat Puspahiang, perwakilan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Tasikmalaya, Pendamping Desa Wisata Provinsi Jawa Barat, serta Dosen Universitas Padjadjaran.

Kehadiran para tokoh dan institusi tersebut menunjukkan bahwa Nyawen kini bukan hanya menjadi milik masyarakat lokal, tetapi telah menjadi perhatian lintas sektor sebagai aset budaya yang layak dipromosikan secara lebih luas.
Menuju Desa Budaya dan Pariwisata Berbasis Tradisi
Dengan semangat pelestarian dan pemberdayaan masyarakat, Nyawen menjadi titik pijak bagi Desa Pusparahayu untuk terus mengembangkan diri sebagai Desa Budaya yang kuat secara identitas dan menarik sebagai destinasi wisata edukatif. Upaya ini sejalan dengan visi pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi wisata berbasis kearifan lokal.

Melalui kegiatan seperti Nyawen, masyarakat diajak untuk tak hanya mengenang warisan budaya leluhur, tapi juga menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari. (rzm)