TASIKMALAYA – Suasana haru bercampur cemas menyelimuti Puskesmas Bantarkalong, Rabu (1/10/2025) sore. Di ruang perawatan sederhana itu, puluhan pelajar SMKN Cipatujah terbaring lemah. Wajah pucat, perut meringis, hingga tangisan kecil terdengar sesekali. Di samping mereka, orang tua tak lelah mengelus punggung anak-anaknya, berdoa agar sakitnya segera reda.
BACA JUGA : Puluhan Pelajar SMKN 1 Cipatujah Diduga Keracunan Makan Bergizi Gratis, 33 Orang Jalani Perawatan
Di tengah kepanikan itu, Tim Inafis Satreskrim Polres Tasikmalaya datang dengan mobil khusus. Beberapa petugas masuk, menanyai perawat dan keluarga korban. Mereka berusaha mengurai benang kusut: apa yang sebenarnya membuat 40 pelajar ini jatuh sakit setelah menyantap makanan bergizi gratis (MBG).

“Awalnya 33 orang, sekarang sudah 40. Semua anak-anak kita,” kata Kepala Desa Padawaras, Yayan Siswandi, kepada wartawan dengan nada khawatir.
Gejala yang diderita para siswa hampir seragam, mulai mual, sakit perut, pusing, hingga diare. Yang lebih mengejutkan, keluhan itu muncul bukan di sekolah, melainkan ketika mereka sudah pulang.
“Soalnya dari sekolah sudah bubar. Mereka makan siang di rumah. Ada indikasi daging yang kurang higienis, agak bau,” tambah Yayan.
Kini, tenaga medis bekerja ekstra. Ada yang ditangani di klinik, ada pula yang dibawa ke puskesmas di Cipatujah dan Bantarkalong. Ambulans desa pun disiagakan, berjaga-jaga jika ada korban yang kondisinya memburuk.
“Masih belum bertambah, korban disebar ke klinik dan puskesmas, ambulans desa standby,” tutur Yayan.
Di balik data dan penyelidikan, ada rasa takut yang menghantui. Orang tua korban masih setia menunggu di kursi-kursi kayu puskesmas, sebagian meremas tangan anaknya, sebagian lagi hanya bisa menunduk diam. Semua berharap hal ini bisa segera terungkap, agar tragedi serupa tak lagi menyapa meja makan para pelajar di Cipatujah. (LS)