TASIKMALAYA – Polemik penggunaan anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) di Kabupaten Tasikmalaya menyeruak ke permukaan, usai Bupati Cecep Nurul Yakin secara terbuka menghentikan sebuah proyek yang bersumber dari dana darurat senilai Rp 4,2 miliar.
Dalam inspeksi mendadak ke proyek struktur pengaman sungai di kawasan Pasanggrahan, Kecamatan Cipatujah, Cecep mendapati fakta yang menurutnya janggal.
Proyek yang diklaim bersifat “darurat” itu dinilai tidak mendesak dan tidak mencerminkan urgensi penggunaan dana BTT.
“Kalau begini caranya, darurat disulap jadi proyek biasa. Ini manipulatif,” kata Cecep dalam video yang diupload di akun instagram @cecepnurulyakin77, (15/6/2025).
Dalam pernyataannya, Cecep mengungkap bahwa seluruh anggaran BTT tahun 2025 senilai Rp 28 miliar, telah habis digunakan hanya dalam kurun waktu Januari hingga Maret.
Ia mempertanyakan kecepatan pembelanjaan yang tidak sebanding dengan urgensi yang seharusnya melekat pada penggunaan dana tersebut.
“Baru bulan Maret, tapi dana darurat sudah nol. Apa yang akan kita pakai kalau banjir besar datang di bulan November nanti?” tegasnya.
Penggunaan dana BTT untuk proyek pengaman sungai pun semakin disorot karena wilayah tersebut sebenarnya masuk dalam kewenangan Balai Wilayah Sungai (BWWS), lembaga vertikal di bawah Kementerian PUPR. Menurut Cecep, pembebanan keuangan ke pemerintah daerah patut dipertanyakan.
Selain menyebut ketidaktepatan sasaran, Cecep menyuarakan kekhawatiran atas kemungkinan adanya “manuver sistematis” untuk menghabiskan anggaran BTT di awal tahun. Dugaan ini mengemuka dalam konteks menjelang transisi kepemimpinan di Kabupaten Tasikmalaya.
“Jangan-jangan ini disengaja. Kalau pemimpin baru masuk nanti, BTT sudah habis. Siapa yang diuntungkan?”
Cecep menilai bahwa pola pengeluaran semacam ini berbahaya karena mengorbankan ketahanan fiskal daerah untuk kepentingan yang tidak jelas.
Ia menekankan bahwa penggunaan dana BTT seharusnya diprioritaskan untuk kerusakan infrastruktur vital, seperti jalan putus di Mangunreja–Sukaraja dan akses penghubung Cisaggar–Bojonggambir. (*)