TASIKMALAYAKU.ID – Di tengah gemerlap panggung yang dipasang di halaman SMAN 3 Tasikmalaya, ribuan alumni lintas angkatan berkumpul bukan sekadar untuk bernostalgia. Mereka datang membawa semangat, cerita, dan harapan—mewujud dalam sebuah perayaan kebersamaan bertajuk “SMANTITAS Kembali Unjuk Gigi”.
Acara ini menjadi ruang temu bagi kenangan yang lama terpendam, tetapi tak pernah pudar oleh waktu.
Sejak pagi hari, para alumni dari angkatan 1985 hingga lulusan terbaru 2024 berdatangan. Wajah-wajah tua dan muda bertemu dalam satu ruang yang menyatukan mereka: almamater yang pernah menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup. Tak sedikit yang menempuh ratusan kilometer demi hadir, bahkan ada yang datang dari luar negeri.
Di antara riuh tawa dan pelukan hangat yang tak bisa disembunyikan, terlihat jelas bahwa reuni ini lebih dari sekadar pertemuan. Ia menjadi bukti kuat bahwa ikatan emosional yang dibangun di bangku sekolah bisa melampaui puluhan tahun, melintasi generasi.
“Saya merinding ketika lagu-lagu lama dimainkan, apalagi saat Gigi tampil. Rasanya seperti kembali ke tahun 90-an, saat kita masih duduk di kelas mengenakan seragam abu-abu,” tutur Dinda (angkatan 1994), matanya berbinar mengenang masa lalu.
Memang, penampilan Ade Astrid berhasil membuka lembar nostalgia itu dengan lembut. Namun atmosfer benar-benar pecah ketika band legendaris Gigi mengambil alih panggung. Lagu-lagu seperti Nakal, 11 Januari, hingga Terbang dinyanyikan serempak oleh ribuan alumni yang berdiri, menari, dan menyanyikan bait-bait penuh kenangan.
Di balik kegembiraan itu, ada kerja keras yang tak terlihat. Mahendra Dwisana, Ketua Panitia Reuni, mengatakan bahwa acara ini telah dipersiapkan hampir setahun sebelumnya. “Bukan perkara mudah menghubungi alumni yang tersebar di berbagai kota, bahkan negara. Tapi semangat untuk bersatu kembali begitu besar. Kami hanya memfasilitasi pertemuan ini,” jelas Mahendra, alumni angkatan 1990.
Dari catatan panitia, tercatat lebih dari 3.600 alumni menghadiri reuni ini, menjadikannya salah satu acara terbesar dalam sejarah sekolah tersebut. Bahkan kehadiran tokoh nasional seperti Komjen Pol Akhmad Wiyagus dan selebgram Uyung Arya menjadi penanda bahwa SMAN 3 Tasikmalaya telah melahirkan banyak pribadi berprestasi yang kini membawa nama baik di kancah nasional.
Namun, reuni ini bukan sekadar pesta nostalgia. Ada nilai yang ingin diwariskan. Dalam sambutannya, Dra. Elin Yuliani, M.Pd., Kepala Sekolah SMAN 3 Tasikmalaya, menekankan pentingnya momentum ini sebagai penyambung inspirasi. “Kami ingin para siswa yang masih menempuh pendidikan di sini melihat langsung bagaimana para alumni kembali dengan semangat, prestasi, dan rasa cinta yang sama terhadap sekolah ini,” ujarnya.
Elin juga menyebut, bahwa reuni akbar ini telah membuktikan kekuatan jaringan alumni dalam memajukan sekolah. “Kita tidak hanya merayakan masa lalu. Kita sedang merancang masa depan. Banyak program dukungan pendidikan yang kami rancang bersama alumni,” tambahnya, mengisyaratkan komitmen jangka panjang.
Di tengah gegap gempita, tak sedikit pula yang merenung. Beberapa alumni terlihat duduk di sudut-sudut taman sekolah, menyentuh dinding kelas, atau sekadar menatap pepohonan yang dulu menaungi masa remaja mereka. “Ini lebih dari reuni. Ini perjalanan spiritual. Mengenang siapa kita, dan bagaimana semua ini membentuk diri kita hari ini,” ucap Faisal (angkatan 1989), yang kini menjadi dosen di salah satu universitas negeri.
Tak ada yang ingin cepat-cepat pulang malam itu. Momen kebersamaan yang langka itu terlalu mahal untuk dilewatkan. Satu demi satu lagu pamungkas dari Gigi mengiringi penutupan acara, tapi antusiasme belum surut. Bahkan setelah panggung ditutup, banyak alumni masih bertahan, berswafoto, berbagi cerita, dan menyusun rencana untuk pertemuan berikutnya.
Reuni Akbar SMAN 3 Tasikmalaya tahun ini tak hanya menyatukan angkatan yang terpisah waktu, tapi juga menyulam harapan bersama: bahwa cinta terhadap almamater bisa menjadi fondasi untuk membangun masa depan yang lebih kuat, bersama-sama. (*)