TASIKMALAYA – Menteri Agama Nasaruddin Umar menekankan pentingnya penggunaan bahasa agama oleh pejabat publik dalam menyampaikan kebijakan pemerintah. Menurutnya, keberhasilan seorang pemimpin dapat diukur dari kemampuannya membangun komunikasi yang menyentuh hati masyarakat.
“Pesan yang disampaikan dengan bahasa agama lebih mampu menyentuh nurani publik, karena bahasa sehari-hari masyarakat kita adalah bahasa religius,” ujar Nasaruddin saat menjadi pembicara dalam Retret Kepala Daerah Gelombang II di IPDN Jatinangor, Kabupaten Sumedang, (26/6/2025), dikutip dari tempo.co.
Imam Besar Masjid Istiqlal ini menyampaikan, seorang pejabat publik, apa pun agamanya perlu menguasai simbol dan narasi keagamaan yang hidup di tengah masyarakat.
BACA JUGA : MK Putuskan Pemilu Nasional dan Daerah Harus Dipisah, “Pemilu 5 Kotak” Resmi Dihapus untuk 2029
“Sadar atau tidak, kita sering menggunakan bahasa religius dalam kehidupan,” katanya.
Nasaruddin juga mengajak kepala daerah untuk mengkombinasikan dua pendekatan komunikasi: bahasa induktif yang merujuk pada pendekatan dari bawah ke atas, serta bahasa kuantitatif yang menyampaikan informasi secara jelas berbasis data riset.
“Gunakan data, sampaikan angka-angka. Itu akan memperjelas substansi pesan dan memudahkan pemahaman publik,” ucap mantan Wakil Menteri Agama itu.
Ia mencontohkan gaya komunikasi Presiden Prabowo Subianto yang kerap menyapa pejabat satu per satu dalam sambutannya, alih-alih hanya menyebut “Bapak-Ibu sekalian”. “Itu lebih menyentuh batin,” ujarnya.
Kegiatan retret kepala daerah ini ditutup pada hari yang sama, dengan sejumlah pemateri nasional hadir, seperti Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri PANRB Rini Widyantini. (*)