TASIKMALAYA – Jalur pendakian ekstrem menuju Danau Segara Anak di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), resmi ditutup menyusul serangkaian kecelakaan yang menimpa wisatawan mancanegara dalam kurun waktu sepekan terakhir. Keputusan itu diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Budi Gunawan pada Jumat, 18 Juli 2025.
Penutupan ini diberlakukan setelah tiga insiden berturut-turut terjadi di jalur Pelawangan, Danau Segara Anak, yang dikenal indah namun berbahaya. Teranyar, pendaki asal Belanda, Sarah Tamar van Hulten, dilaporkan terjatuh pada Kamis (17/7), sekitar pukul 13.00 WITA. Ia berhasil dievakuasi menggunakan helikopter dan diterbangkan ke Bali sekitar pukul 16.52 WITA. Menurut laporan sementara, korban mengalami patah tulang leher.
Sehari sebelumnya, Rabu (16/7), pendaki asal Swiss Benedikt Emmenegger (46) juga mengalami kecelakaan serupa di jalur yang sama. Benedikt jatuh saat menuruni jalur menuju Danau Segara Anak setelah turun dari Pelawangan. Ia mengalami patah tulang dan luka di bagian kepala, namun berhasil selamat dan masih menunggu evakuasi lanjutan.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman, menyebut bahwa Benedikt mendaki bersama empat orang termasuk anaknya, melalui jalur Sembalun. Ia terjatuh di medan yang dinilai sangat berat.
BACA JUGA : Hokky Caraka Diserang Ujaran Kasar di Medsos, Layangkan Somasi dan Siap Tempuh Jalur Hukum
“Helikopter sudah terbang ke lokasi, namun pendaratan tergantung kondisi lapangan,” ujarnya.
Rentetan insiden ini terjadi tak lama setelah kecelakaan fatal yang menimpa pendaki asal Brasil, Juliana Marins, yang meninggal dunia usai terjatuh di jalur yang sama. Peristiwa tersebut sempat menuai sorotan publik Brasil karena dianggap lambat dalam proses evakuasi.
Menanggapi kejadian-kejadian tersebut, pemerintah pusat bersama otoritas terkait mengambil langkah cepat. Menko Polhukam Budi Gunawan menegaskan bahwa seluruh jalur ekstrem dari Pelawangan ke Danau Segara Anak ditutup sementara hingga evaluasi menyeluruh selesai dilakukan.
“Evaluasi ini mencakup peninjauan SOP pendakian, sistem evakuasi, serta peningkatan fasilitas keselamatan dan peralatan darurat,” ujar Gunawan dalam keterangannya yang dikutip dari Antara.
Penutupan disepakati melalui koordinasi antara TNI, Polri, Basarnas, BTNGR, dan Pemerintah Provinsi NTB. Meski jalur ekstrem ditutup, pendakian ke puncak Gunung Rinjani masih dibolehkan melalui jalur lain. Namun akses ke Danau Segara Anak dihentikan total.
BACA JUGA : Camat Cisayong Ajak Masyarakat Jaga Peradaban Lokal: “Ulah Poho kana Jati Diri Urang Galunggung”
Kepala BTNGR Yarman menyampaikan bahwa selama masa penutupan, penjualan tiket pendakian ke jalur ekstrem dihentikan. Dari total hampir 6.000 tiket yang telah terjual hingga akhir tahun, lebih dari 5.000 pendaki dijadwalkan melakukan perjalanan pada Juli–Agustus 2025.
“Bagi yang sudah membeli tiket, pendakian tetap diizinkan lewat jalur alternatif, tetapi jalur ke danau kami tutup total,” jelasnya.
Operasi penyelamatan ketiga pendaki melibatkan berbagai unsur, termasuk BTNGR, Edelweis Medical Health Center (EMHC), TNI, Polri, BPBD, SAR Lombok Timur, Rinjani Squad, Damkar, serta relawan dan porter lokal. Perlengkapan yang digunakan meliputi alat mountaineering, komunikasi, medis, hingga helikopter.
Tragedi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat tata kelola keselamatan pendakian di Indonesia, terutama di destinasi populer yang memiliki risiko tinggi seperti Gunung Rinjani. (LS)