Kabupaten Tasikmalaya

Putus Cinta, Dua Siswi di Tasikmalaya Nekat Tenggak Miras hingga Teler

×

Putus Cinta, Dua Siswi di Tasikmalaya Nekat Tenggak Miras hingga Teler

Sebarkan artikel ini
Foto/Ilustrasi/Net

TASIKMALAYAKU.ID – Luka hati akibat putus cinta mendorong dua siswi SMA di Tasikmalaya melakukan tindakan nekat. Mereka ditemukan dalam kondisi mabuk berat di kawasan wisata Situ Sanghiyang, setelah berpesta minuman keras bersama empat remaja laki-laki.

Peristiwa ini terjadi pada Senin sore, 26 Mei 2025, dan sempat menghebohkan warga sekitar Kampung Cijabar, Desa Leuwibudah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya.

Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinato, kedua siswi tersebut mengalami tekanan emosional yang berat usai mengalami putus cinta.

“Mereka melampiaskan rasa sakit hati dengan meminta teman laki-lakinya untuk membeli ciu, lalu berpesta miras di lokasi wisata,” ungkap Ato, Jumat (30/5/2025).

BACA JUGA : Dedi Mulyadi: Pendidikan Barak Militer Dikecam, Korupsi Triliunan di Kementerian Pendidikan kok Sepi?

Minuman keras jenis ciu itu bahkan dicampur dengan minuman berenergi, yang memperparah kondisi fisik kedua siswi. Setelah tak sadarkan diri, mereka ditemukan oleh warga dan langsung ditangani oleh pihak kepolisian.

KPAID menyebutkan, kejadian ini melibatkan enam remaja, yakni dua siswi dari Kecamatan Tanjungjaya dan empat remaja laki-laki dari Kecamatan Sukaraja. Mereka berasal dari dua sekolah berbeda dan sengaja berkumpul di Situ Sanghiyang untuk berpesta minuman keras.

Foto/Net

Meski kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan karena para pelaku masih berstatus pelajar, KPAID menaruh perhatian serius terhadap dampak psikologisnya.

“Kami fokus pada pemulihan kondisi mental dan hak pendidikan anak. Jangan sampai karena kesalahan ini, mereka malah kehilangan masa depan,” tegas Ato.

Insiden ini menjadi peringatan akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental remaja, terutama dalam menghadapi tekanan emosional seperti patah hati. KPAID berharap semua pihak, baik keluarga maupun sekolah, lebih peka terhadap perubahan perilaku remaja agar kasus serupa tidak terulang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *