TASIKMALAYA – Pesantren bukan lagi sekadar lembaga pendidikan keagamaan, tetapi telah berkembang menjadi pusat transformasi sosial, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.
Pandangan itu disampaikan Ketua Umum PKB sekaligus Menko Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dalam Haul Akbar ke-21 Almarhum KH. Muhsin Syafi’i, pendiri Pondok Pesantren Roudlotul Muhsinin Al-Maqbul di Malang, (23/11/2025).
BACA JUGA : KPK Diminta Libatkan PPATK Telusuri Dugaan Aliran Dana Kasus Kuota Haji ke Oknum PBNU
Menurut Cak Imin, sejarah panjang pesantren membuktikan bahwa kekuatan masyarakat Indonesia banyak bertumpu pada peran kelembagaan pesantren yang mandiri dan berorientasi pada kemaslahatan umat.
“Jika pesantren tumbuh kuat dan kokoh, maka masyarakat juga akan tumbuh kuat dan kokoh,” ujarnya di depan para masyayikh, kiai, santri, alumni, dan ribuan masyarakat yang memenuhi lokasi acara, dikutip dari rmol.id.
Dalam pidatonya, Cak Imin menegaskan pesantren memiliki dua pilar utama yang membuatnya bertahan dan relevan hingga kini, pendidikan dan pemberdayaan.

Pendidikan di pesantren, kata dia, tidak hanya mencetak generasi berilmu, tetapi juga membentuk karakter dan spiritualitas. Sementara pemberdayaan ekonomi dari pesantren telah memberi ruang kemandirian bagi umat, terutama di wilayah pedesaan.
Ia mencontohkan perjalanan Pondok Pesantren Tebuireng yang dirintis Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari dengan segala keterbatasan, namun kini tumbuh sebagai lembaga yang berkontribusi besar bagi bangsa.
Kemandirian tersebut, menurut Cak Imin, merupakan teladan yang terus diwariskan pesantren hingga kini.
“Saya ingin menyampaikan kepada dunia bahwa akar pesantren masih kuat dengan kemandirian dan kekokohannya,” katanya.
Menanggapi munculnya pandangan sinis terhadap pesantren akibat sejumlah kasus di beberapa daerah, Cak Imin menegaskan bahwa itu tidak boleh mengaburkan kontribusi besar pesantren.
Ia mengajak seluruh elemen pesantren memperkuat tata kelola, modernisasi sistem pendidikan, dan meningkatkan kompetensi santri agar pesantren tetap relevan menghadapi perubahan zaman.
Menghadapi derasnya perubahan dan dinamika global, Cak Imin menyebut pesantren harus berada di garis depan kolaborasi dan penguatan kapasitas.
“Hari ini tidak ada pilihan lain kecuali konsolidasi. Pesantren harus menangkap peluang baru, mengembangkan inovasi pendidikan, dan menyiapkan generasi bangsa yang tangguh dan mandiri,” tegasnya. (LS)










