TASIKMALAYA – Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya menetapkan status tanggap darurat bencana di empat kecamatan sebagai respons atas rangkaian kejadian alam yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan di sejumlah titik. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Bupati Tasikmalaya, Cecep Nurul Yakin, usai memimpin apel kesiapsiagaan bencana yang digelar di Lapangan Setda, (2/7/2025).
Keempat kecamatan yang kini berstatus tanggap darurat adalah Salawu, Taraju, Cisayong, dan Cigalontang. Namun dua di antaranya, yaitu Salawu dan Taraju, menjadi pusat perhatian utama karena di lokasi tersebut dilaporkan adanya korban meninggal dunia.
“Penetapan tanggap darurat kami fokuskan pada wilayah yang terdampak cukup berat, khususnya yang sudah menelan korban jiwa,” kata Bupati Cecep saat diwawancarai wartawan.
Penetapan ini berlaku selama 14 hari ke depan, dan menjadi dasar hukum bagi seluruh unsur pemerintah daerah dalam menggerakkan sumber daya, peralatan, dan dukungan logistik untuk penanganan bencana secara cepat dan terpadu.
Prioritas Penanganan: Salawu dan Taraju
Bupati Cecep menegaskan bahwa prioritas Pemkab Tasikmalaya saat ini adalah penanganan korban jiwa dan proses pencarian korban hilang, terutama di Kecamatan Salawu, yang hingga hari ketiga pascabencana masih dalam proses evakuasi dan pencarian.
“Forkopimda akan segera turun ke lokasi, khususnya ke Salawu karena korban yang tertimbun belum ditemukan. Kita akan melihat langsung kondisi di sana serta menyampaikan duka kepada keluarga yang terdampak,” ujarnya.
BACA JUGA : Pencarian Korban Longsor Salawu Tasikmalaya Masuki Hari Keempat, Hasil Masih Nihil
Sementara itu, kasus pohon tumbang di Kecamatan Cisayong yang sebelumnya sempat ramai diperbincangkan, menurut Cecep, tidak termasuk dalam wilayah prioritas tanggap darurat karena tidak menyebabkan korban jiwa. Meski begitu, wilayah tersebut tetap mendapat perhatian dalam hal mitigasi risiko dan pembersihan puing.
Sebagai tindak lanjut, Pemkab Tasikmalaya telah mengerahkan Dinas Sosial untuk mendistribusikan bantuan darurat berupa logistik dan kebutuhan pokok kepada warga yang terdampak. Selain itu, BPBD bersama tim dari Basarnas turut dilibatkan untuk menangani lokasi rawan, khususnya titik-titik longsor yang masih berpotensi membahayakan warga.

Bupati juga menekankan bahwa apel kesiapsiagaan bencana bukanlah sekadar seremoni, melainkan bagian dari langkah konkret menghadapi siklus cuaca ekstrem dan potensi bencana yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
“Wilayah kita ini masuk dalam kategori rawan bencana. Kita tidak bisa anggap enteng. Bahkan dalam sepekan terakhir saja sudah ada tiga warga yang meninggal dunia akibat kejadian alam,” ungkapnya.
Dengan status tanggap darurat yang kini berlaku, seluruh aparat pemerintah – mulai dari OPD, camat, hingga kepala desa – diminta untuk memperkuat sistem siaga bencana di wilayah masing-masing. Pemkab berharap agar setiap pemangku kepentingan memiliki mekanisme deteksi dini, jalur evakuasi, serta koordinasi yang cepat dan efisien bila bencana kembali terjadi.
Cecep menegaskan bahwa keselamatan warga menjadi tanggung jawab bersama, dan pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak lagi.
“Bencana tidak mengenal waktu, dan tak pernah bisa diprediksi secara pasti. Karena itu, kita harus terus siap siaga. Tugas kita adalah memastikan warga selamat, kapan pun dan di mana pun bencana itu terjadi,” pungkasnya. (rzm)