Ekonomi

Mak Titi, Perajin Anyaman Bambu Tasikmalaya yang Menembus Pasar Dubai dan Pakistan

×

Mak Titi, Perajin Anyaman Bambu Tasikmalaya yang Menembus Pasar Dubai dan Pakistan

Sebarkan artikel ini
IMG 20250717 WA0002 scaled

TASIKMALAYA – Di usia senjanya, Mak Titi Darti (77), seorang perajin tradisional anyaman bambu asal Kampung Parhon, Kelurahan Sukamajukaler, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, sukses mengangkat produk lokal hingga menembus pasar internasional.

Sejak 1982, Mak Titi konsisten menekuni kerajinan tangan dari bambu di rumah sederhananya. Meski dihimpit arus modernisasi dan produk pabrikan, ia tetap setia mempertahankan tradisi warisan leluhur. Hasil karyanya kini dikenal hingga ke mancanegara, seperti Dubai dan Pakistan, berkat desain yang khas dan kualitas pengerjaan yang rapi.

Saat ditemui di rumahnya, Rabu (16/7/2025), Mak Titi tampak asyik menganyam bilah-bilah bambu tipis dengan tangannya yang cekatan. Ia memproduksi berbagai jenis kerajinan, mulai dari besek aneka ukuran, tempat cinderamata, bahan tas, hingga keranjang dekoratif yang biasa digunakan dalam acara resmi maupun sebagai oleh-oleh.

BACA JUGA : Kapolres Tasikmalaya Kota Ajak Masyarakat Biasakan Sedekah Lewat Program SELASA

“Semua saya buat dari bambu pilihan, dibeli langsung dari petani sekitar,” ujar Mak Titi.

Ia menjelaskan proses pembuatan dimulai dari mengerik kulit bambu, menjemurnya, hingga merautnya menjadi bilah-bilah tipis. Proses pewarnaan dilakukan sesuai permintaan, baik dengan warna alami maupun motif berwarna cerah.

Dengan keterampilan tangan tanpa bantuan mesin, Mak Titi mampu memproduksi 20 hingga 25 buah anyaman per hari. Tak hanya menjadi sumber penghidupan keluarga, usahanya juga memberdayakan 13 warga sekitar, sebagian besar ibu rumah tangga.

Putra keduanya, Esih Ratnasih (55), kini membantu di bagian pemasaran. Ia menjalin kerja sama dengan para pengepul untuk memenuhi permintaan luar negeri.

“Dulu cuma bantu-bantu, sekarang saya serius urus pemasaran karena banyak pesanan dari luar negeri,” ujar Esih.

Dalam sebulan, omzet kotor usaha kerajinan Mak Titi mencapai sekitar Rp3 juta. Meski belum besar, usaha ini terus berkembang dan memberi dampak ekonomi bagi lingkungan sekitar.

“Memang perlu modal dua kali lipat, karena kita harus produksi dulu sebelum dibayar pengepul,” ungkap Esih.

Mak Titi sendiri mengaku tidak pernah menyangka hasil karyanya bisa menembus pasar global.

IMG 20250717 WA0003
Mak Titi, perajin bambu asal Indihiang.

“Saya hanya ingin tetap menganyam dan menjaga warisan ini. Soal jualan, sekarang sudah dibantu anak,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Ketua RW 05, Anwar Triyanto, menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Mak Titi.

“Usianya sudah sepuh, tapi semangatnya luar biasa. Ini harus jadi teladan bagi generasi muda,” ucap Anwar.

Ke depan, keluarga Mak Titi berharap ada dukungan dari pemerintah daerah agar usaha ini bisa naik kelas dan menjadi ikon kerajinan khas Tasikmalaya.

Mak Titi telah membuktikan bahwa ketekunan dan cinta pada budaya lokal bisa membuka jalan hingga ke panggung dunia. Sebuah inspirasi tentang bagaimana tradisi bisa hidup berdampingan dengan zaman. (rzm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *