Kabupaten Tasikmalaya

Mahasiswi UMTas di Thailand Selatan Kibarkan Merah Putih di Bukit Sukhirin

×

Mahasiswi UMTas di Thailand Selatan Kibarkan Merah Putih di Bukit Sukhirin

Sebarkan artikel ini
IMG 20250818 WA0019

TASIKMALAYA – Mahasiswi asal Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, yang tengah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTas) di Thailand Selatan, menunjukkan rasa cinta tanah air meski jauh dari Indonesia.

Momen peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2025 mereka rayakan dengan penuh haru dan bangga, salah satunya dengan membentangkan bendera Merah Putih di atas Bukit Sukhirin, Thailand Selatan.

“Kita juga kemarin memperingati perayaan HUT RI ke-80. Kalau teman-teman lain pada datang ke KBRI atau Konsulat RI di Songkhla, kami tidak. Karena lokasi KKN kami paling pedalaman, jadi tidak memberangkatkan diri ke sana,” ujar Arsi Nurhaliza, mahasiswi asal Kecamatan Cisayong, (18/8/2025).

BACA JUGA : Momen Haru, Bupati Cecep Jenguk Bayi Kelahiran 17 Agustus di Tasikmalaya

Meski demikian, Arsi dan kelompoknya tetap menjaga semangat kemerdekaan dengan cara sederhana. Selain mengibarkan bendera, mereka juga memperkenalkan perlombaan khas 17 Agustusan kepada siswa sekolah setempat.

IMG 20250818 WA0018
Foto: istimewa

“Di sini kami mengenalkan budaya Indonesia melalui permainan. Tapi karena di sekolah sudah ada kegiatan olahraga bernama Sukanwarma, semacam lomba tarik tambang, jadi digabungkan dengan kegiatan mereka. Kami juga belajar budaya lokal, setiap hari minimal lima kosakata bahasa Thailand dari guru. Sebaliknya, mereka juga belajar kosakata bahasa Indonesia. Jadi ada pertukaran budaya,” jelasnya.

Menurut Arsi, perbedaan KKN internasional dengan reguler cukup terasa. Jika di Indonesia kegiatan lebih fokus pada pengabdian langsung ke masyarakat, di Thailand mereka lebih banyak berkegiatan di sekolah.

“Posko kami seperti kontrakan. Rumah-rumah di sini jarang, berjauhan, lebih ke perbatasan Thailand-Malaysia. Dari sini ke perbatasan Malaysia jalur darat cuma 10 menit. Jadi aktivitas kami lebih banyak di sekolah. Kebetulan saya membantu mengajar bahasa Melayu, karena ada kemiripan dengan bahasa Indonesia meski tetap ada perbedaannya,” ungkapnya.

Selain itu, mahasiswa UMTas juga mengikuti kebiasaan sekolah di Thailand, seperti kegiatan Qiroati yang mirip pengajian di Indonesia.

“KKN internasional lebih fleksibel, tapi sama-sama memberi kontribusi. Kalau di Indonesia biasanya ikut pengajian di kampung, di sini lebih banyak mengajar. Kami juga sekaligus belajar budaya baru,” pungkas Arsi. (rzm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *