TASIKMALAYAKU.ID – Di tengah suasana duka yang menyelimuti rumah duka di Cilandak, Jakarta Selatan, kehadiran Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Jusuf Kalla, membawa keteduhan tersendiri. Dengan langkah tenang dan wajah yang memancarkan empati mendalam, JK -begitu ia akrab disapa- datang memberikan penghormatan terakhir kepada Ibrahim Assegaf, suami dari jurnalis senior Najwa Shihab.
“Saya turut berdukacita atas berpulangnya Pak Ibrahim Assegaf,” ucapnya lirih, namun penuh makna. “Semoga beliau diberikan ketenangan dan husnul khatimah.”
Ucapan JK tidak berpanjang kata, tapi sarat makna. Dalam budaya politik Indonesia, kehadiran seorang tokoh senior seperti Jusuf Kalla di rumah duka bukanlah hal yang ringan.
Ia datang bukan sekadar sebagai pejabat, tetapi sebagai pribadi yang menghargai nilai-nilai kekeluargaan, penghormatan, dan solidaritas antarsesama.
BACA JUGA : Suami Najwa Shihab, Ibrahim Sjarief, Meninggal Dunia
Kehadiran JK juga menunjukkan bahwa sosok Ibrahim Assegaf bukanlah orang biasa. Ia adalah pribadi yang dikenal dan dihormati, bahkan oleh tokoh sekaliber mantan Wakil Presiden.
Meski tak banyak bicara, doa JK menyiratkan pesan yang dalam: bahwa kebaikan akan selalu diingat, dan kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan abadi.
Di tengah ucapan belasungkawa dari berbagai pihak, kehadiran Jusuf Kalla menjadi simbol bahwa kehilangan ini dirasakan lintas generasi dan lapisan masyarakat.
Doa beliau, yang sederhana namun tulus, menjadi penutup yang tenang bagi perjalanan seorang manusia yang telah menunaikan tugasnya di dunia dengan baik. (*)