Politik

Jadi Perpanjangan Tangan Jokowi, Pengamat Politik: Bahlil Potensi Dimakzulkan dari Ketum Golkar

×

Jadi Perpanjangan Tangan Jokowi, Pengamat Politik: Bahlil Potensi Dimakzulkan dari Ketum Golkar

Sebarkan artikel ini
bahlil2
Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.

TASIKMALAYA – Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia, berpotensi dilengserkan dari jabatannya menyusul menguatnya isu Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang kembali mencuat ke publik. Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, menilai gelombang wacana Munaslub ini menjadi sinyal kuat bahwa dukungan internal terhadap Bahlil tidak pernah benar-benar solid sejak awal.

“Jelas isu Munaslub menunjukkan tidak solidnya dukungan terhadap kepemimpinan Bahlil. Bahkan, mungkin saja belum pernah solid sejak awal dukungan internal Golkar terhadap Bahlil,” ujar Efriza dikutip dari RMOL, (14/8/2025).

Menurutnya, di mata elite senior, kader, dan jajaran pengurus daerah, gaya kepemimpinan Bahlil dianggap tidak selaras dengan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Manuver politik yang dilakukan Bahlil dinilai terburu-buru, sehingga memicu resistensi dari berbagai faksi internal partai.

“Bahlil dipaksakan dan terlalu cepat, sehingga memicu resistensi dari faksi-faksi ini, karena kepemimpinannya dianggap kurang memuaskan,” tambahnya.

BACA JUGA : Isu Munaslub Golkar Mencuat, Bahlil Bungkam, Nusron Angkat Bicara

Efriza menyoroti bahwa posisi Bahlil di pucuk pimpinan Golkar bukanlah hasil dorongan murni dari internal partai, melainkan pengaruh kekuatan eksternal, khususnya lingkaran Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.

“Fakta bahwa Bahlil datang sebagai figur yang dipromosikan dari luar, khususnya lingkar Jokowi, membuat posisinya rentan dan memancing resistensi internal. Kondisi ini kini memuncak ke permukaan,” jelasnya.

Situasi ini membuat Golkar di bawah kepemimpinan Bahlil dinilai “tidak baik-baik saja”. Jika pola kepemimpinan Bahlil tidak berubah, Efriza memprediksi Munaslub benar-benar bisa terwujud.

“Golkar, ketika terjadi transisi dari pengaruh Jokowi ke Prabowo, semestinya bergerak cepat beradaptasi. Sayangnya, Bahlil masih nyaman menjadi perpanjangan tangan Jokowi,” tegas Efriza.

Ia menyebut, dorongan untuk mengganti Bahlil dapat dimaknai sebagai sinyal bahwa Golkar ingin menjaga jarak dari Jokowi dan mempererat kedekatan dengan orbit politik Prabowo. (LS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *