TASIKMALAYAKU.ID – Pendidikan anak adalah fondasi utama dalam membentuk generasi masa depan yang berakhlak dan beriman. Dalam konteks Islam, hari Jumat bukan hanya sekadar hari ibadah, melainkan momentum strategis untuk menanamkan nilai-nilai spiritual, sosial, dan moral sejak dini.
Menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan utama adalah langkah bijak, karena sosok beliau memang contoh hidup dalam menanamkan nilai-nilai keimanan secara nyata.
Selain itu, penekanan ulama kontemporer seperti Dr. Yusuf Al-Qaradawi yang mengajak orang tua mengajarkan anak tentang ibadah Jumat, mulai dari membaca Surah Al-Kahfi hingga shalat berjamaah, sangat relevan di era modern ini.
Keterlibatan anak dalam ibadah berjamaah tidak hanya memperkuat ikatan spiritual, tetapi juga membangun rasa disiplin dan tanggung jawab.
Pentingnya pendidikan karakter melalui kebersihan, disiplin, dan sedekah yang dikupas dari pandangan para ulama klasik juga memberikan kerangka yang lengkap bagi pendidikan anak.
Kebersihan sebagai bagian dari iman dan sedekah sebagai bentuk empati sosial, apabila ditanamkan sejak dini, akan membentuk pribadi anak yang tidak hanya taat secara ritual, tapi juga peduli dan beretika dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam praktiknya, tantangan terbesar adalah konsistensi orang tua dalam memberikan contoh dan membimbing anak-anaknya di hari Jumat dan hari-hari berikutnya.
Pendidikan agama tidak bisa hanya bersifat formal atau sesaat, tetapi harus menjadi bagian dari keseharian yang melekat dalam diri anak.
Oleh karena itu, saya sangat mendukung gagasan bahwa hari Jumat dapat dijadikan sebagai titik fokus untuk memperkuat pendidikan anak dalam nilai-nilai Islam.
Melalui pendekatan ini, insya Allah kita dapat mencetak generasi yang tidak hanya paham ilmu agama, tapi juga mampu mengamalkan dan menjadi teladan bagi sesama.
Tulisan diambil dari ringkasan artikel “Islamic Parenting”: Pendidikan Anak Di Hari Jumat” Widodo Judarwanto. (*)
