Ekonomi

CEO Starbucks Tutup Gerai Berkinerja Buruk, Pangkas 900 Karyawan 

×

CEO Starbucks Tutup Gerai Berkinerja Buruk, Pangkas 900 Karyawan 

Sebarkan artikel ini

TASIKMALAYA – Starbucks mengumumkan akan menutup sejumlah gerai yang dinilai berkinerja buruk, terutama di Amerika Utara. Langkah tersebut menjadi bagian dari rencana restrukturisasi besar senilai US$1 miliar di bawah kepemimpinan CEO Brian Niccol.

BACA JUGA : Tren Positif Pasar Keuangan, 5 Aplikasi Trading Jadi Sorotan Investor

Restrukturisasi ini bertujuan menekan biaya operasional sekaligus mengembalikan nuansa tradisional coffeehouse yang menjadi ciri khas merek Starbucks. Perusahaan menyebutkan, sejumlah langkah yang ditempuh meliputi percepatan waktu tunggu pelanggan, pengurangan lapisan manajemen, hingga penutupan toko yang tidak memiliki prospek finansial.

“Dalam tinjauan, kami menemukan ada coffeehouse yang tidak bisa menciptakan suasana sesuai ekspektasi pelanggan maupun mitra, atau yang tidak memiliki jalur menuju kinerja keuangan yang sehat. Lokasi-lokasi inilah yang akan kami tutup,” tulis Niccol dalam surat kepada karyawan, Kamis (25/9/2025), dikutip dari kontan.co.id.

Dampak paling besar akan dirasakan pada tim pendukung (support team). Starbucks menjelaskan, sekitar 900 karyawan akan terdampak, terutama dari pemangkasan posisi yang ada maupun penghapusan sejumlah lowongan terbuka. Per September 2024, perusahaan tercatat mempekerjakan sekitar 10.000 orang di luar operasional gerai.

Niccol mengakui keputusan ini cukup signifikan. “Kami memahami tindakan ini akan berdampak pada mitra dan pelanggan,” ujarnya.

Dengan adanya penutupan gerai, jumlah toko yang dioperasikan langsung oleh perusahaan di Amerika Utara diperkirakan turun sekitar 1% pada tahun fiskal 2025. Meski begitu, Starbucks menegaskan masih akan membuka sejumlah gerai baru di lokasi-lokasi strategis.

Langkah efisiensi dilakukan di tengah melambatnya permintaan kopi premium di pasar Amerika Serikat. Tahun ini, Starbucks hanya memberikan kenaikan gaji moderat sebesar 2% untuk karyawan bergaji tetap di kawasan Amerika Utara.

Selain itu, perusahaan juga sedang mencari investor untuk melepas sebagian saham bisnisnya di China. Pasar kopi di negara tersebut menghadapi persaingan ketat sekaligus tekanan permintaan yang melemah.

Di lantai bursa, saham Starbucks tercatat stagnan pada perdagangan pre-market Kamis. Sejak awal tahun, saham perusahaan sudah turun sekitar 7,7%. (LS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *