TASIKMALAYA – Jagat maya dihebohkan dengan viralnya video tarian erotis di salah satu hotel di Jalan RE Martadinata, Kota Tasikmalaya, pada Kamis malam (28/5/2025). Video tersebut memperlihatkan sekelompok perempuan dan boti berjoget diiringi musik DJ, hingga salah satu perempuan tampak melepaskan bra di tengah keramaian. Bra tersebut kemudian diacungkan ke atas oleh rekannya sambil tetap berjoget.
Aksi tersebut menuai kecaman luas dari masyarakat, terutama para tokoh agama. Salah satunya adalah Ketua FPI Kota Tasikmalaya, KH Yan-Yan Al-Bayani, S.Kom.I., M.Pd.
Ia mengaku geram atas peristiwa tersebut dan menilai tindakan itu sangat tidak bermoral dan mencoreng citra Kota Tasikmalaya yang dikenal sebagai Kota Santri.
“Kami mengecam keras aksi tidak senonoh tersebut. Kami minta pengelola hotel dan penyelenggara acara untuk bertaubat dan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat,” tegas Kyai Yan-Yan dalam keterangannya kepada media, (3/6/2025).
Ia juga mendesak Wali Kota Tasikmalaya, Viman Alfarizi, untuk segera mengambil tindakan tegas, termasuk menutup hotel yang menjadi lokasi acara tersebut.
BACA JUGA : SMKN 2 Cipatujah Jadi Inisiator Jam Malam Pelajar, Dorong Pola Hidup Sehat dan Aman
Menurutnya, kegiatan tersebut telah nyata-nyata melanggar Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tata Nilai Kehidupan Masyarakat.
Tak hanya itu, Kyai Yan-Yan juga meminta agar DPRD lebih proaktif dalam melakukan pengawasan terhadap tempat hiburan di kota ini.
Ia menilai, pengawasan yang lemah telah membuka celah munculnya aktivitas yang mencemari nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal.
“Kinerja Kepala Dinas Pariwisata pun harus dievaluasi. Jika tak mampu membina dan mengawasi tempat hiburan, lebih baik diganti saja,” tambahnya.
Pasca kejadian, sejumlah ormas Islam dan kaum santri menggelar aksi damai di lokasi hotel, dengan melakukan pembacaan Al-Qur’an sebagai bentuk nasihat dan pengingat.
Salah satunya adalah Al-Mumtaz, melalui Sekretaris Umum Ustad Abu Hazmi, yang menyatakan bahwa lokasi tersebut sudah beberapa kali menggelar acara tak senonoh.
“Pengelolanya memang cukup bandel. Kerap menentang kebijakan pemerintah dan ulama. Setelah viral, mereka bahkan mencoba mengganti nama kafe agar kasus ini mereda,” ungkapnya.
Para tokoh agama dan masyarakat berharap agar seluruh pengelola hotel, restoran, dan tempat hiburan di Kota Tasikmalaya lebih menghargai kearifan lokal, serta tidak menggelar kegiatan yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan nilai religius masyarakat Kota Santri. (rzm)