TASIKMALAYA – Sorak-sorai penonton di Lapangan Yulia Badminton, Senin (6/10/2025) malam, menandai dimulainya Blessing Badminton Championship (BBC) 2025. Di balik suasana penuh semangat itu, tersimpan pesan kebersamaan dan kebangkitan olahraga bulutangkis di Kota Tasikmalaya.
BACA JUGA : PB IGOCIS Resmi Dilaunching, Cisayong Miliki Sekolah Bulu Tangkis Pertama
Kejuaraan yang memasuki tahun kedua ini diikuti oleh 10 gereja dari berbagai wilayah Tasikmalaya. Meski awalnya digagas sebagai ajang silaturahmi antarumat gereja, BBC kini berkembang menjadi kegiatan yang lebih inklusif — wadah sportivitas, kebersamaan, dan regenerasi atlet muda daerah.
Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Wali Kota Tasikmalaya, Diky Chandra, yang hadir bersama Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Disporabudpar) Deddy Mulyana. Dalam sambutannya, Diky menyampaikan apresiasi atas konsistensi panitia dalam menyelenggarakan kegiatan yang berdampak positif bagi masyarakat.

“Kuncinya adalah kebersamaan. Kami dari pemerintah kota sangat berterima kasih karena kegiatan ini tidak hanya memeriahkan HUT ke-24 Kota Tasikmalaya, tapi juga menghidupkan lagi semangat bulutangkis di tengah masyarakat,” ujarnya.
Menurut Diky, semangat masyarakat dalam menjaga tradisi olahraga patut diapresiasi. Ia menilai, kegiatan seperti BBC tidak hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sarana untuk memperkuat karakter, disiplin, dan semangat sportivitas di kalangan anak muda.
“Kegiatan ini sangat positif. Selain menyalurkan hobi, juga mendorong lahirnya bibit atlet yang mungkin suatu hari bisa membawa nama Tasikmalaya di tingkat nasional,” tambahnya.
Diky pun mengenang kejayaan bulutangkis Tasikmalaya di masa lalu. Kota ini pernah melahirkan sejumlah atlet berprestasi, di antaranya Susi Susanti — legenda bulutangkis dunia yang dikenal sebagai peraih medali emas Olimpiade pertama bagi Indonesia.
“Tasikmalaya punya sejarah panjang di dunia bulutangkis. Ada Susi Susanti dan Lidya, keduanya berasal dari sini dan membuktikan bahwa potensi olahraga kita luar biasa,” katanya.
Ajang Kebersamaan yang Terus Berkembang
Ketua Panitia BBC-2, Lidya Djaelawijaya, menuturkan bahwa turnamen tahun ini mempertandingkan tiga nomor: ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Jumlah peserta meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, menandakan animo masyarakat yang semakin besar.
“Tahun ini tetap diikuti 10 gereja, tapi jumlah pemainnya bertambah karena banyak yang ingin ikut. BBC lahir dari keinginan sederhana: mempersatukan umat gereja yang sama-sama mencintai bulutangkis,” ujar Lidya.
Namun, lanjutnya, tujuan kejuaraan kini meluas. BBC bukan hanya ajang internal komunitas, melainkan juga bagian dari upaya memperkuat citra Tasikmalaya sebagai kota event. Kegiatan ini turut menjadi rangkaian Tasik Oktober Festival, yang setiap tahun menghadirkan berbagai kegiatan budaya, ekonomi kreatif, dan olahraga.
“Kami ingin menjadikan BBC agenda rutin tahunan. Ke depan, pesertanya tidak terbatas pada gereja, tapi terbuka untuk masyarakat umum yang ingin ikut berkompetisi secara sehat,” katanya.
Menurut Lidya, olahraga memiliki kekuatan untuk menyatukan perbedaan. Melalui bulutangkis, masyarakat bisa saling mengenal dan membangun relasi lintas komunitas dengan semangat sportivitas.
Dukungan Pemerintah dan Harapan Regenerasi Atlet
Pemerintah Kota Tasikmalaya menyambut positif upaya komunitas yang aktif menggelar kegiatan olahraga mandiri. Kepala Disporabudpar, Deddy Mulyana, menyebut event seperti BBC sejalan dengan program pemerintah dalam menghidupkan kembali aktivitas olahraga di tingkat masyarakat.
“Kami dorong berbagai komunitas, termasuk dari kalangan gereja, sekolah, maupun organisasi masyarakat, untuk menggelar kegiatan olahraga. Ini penting untuk melahirkan atlet baru dan membangun gaya hidup sehat di masyarakat,” ujarnya.
Deddy menilai, regenerasi atlet di Tasikmalaya perlu terus ditumbuhkan. Pemerintah daerah tengah berupaya memperbanyak event dan turnamen lokal agar bakat-bakat muda memiliki ruang tampil dan berkembang.
“Bulutangkis adalah olahraga rakyat. Siapa pun bisa bermain, dari lapangan kecil sampai ke tingkat nasional. BBC memberi contoh bagaimana masyarakat bisa ikut berperan dalam pembangunan olahraga,” ucapnya.
Lebih dari Sekadar Kejuaraan
Bagi masyarakat Tasikmalaya, BBC bukan sekadar kompetisi untuk merebut gelar juara. Di setiap pukulan raket dan sorakan penonton, terselip semangat kebersamaan dan kebanggaan akan kotanya sendiri.
Lidya berharap, kegiatan ini dapat terus menjadi wadah inspiratif, tempat di mana olahraga, kebersamaan, dan nilai-nilai sosial bertemu dalam satu ruang yang positif.
“Kalau dulu kami hanya ingin main bersama, sekarang kami ingin tumbuh bersama. BBC adalah tentang kebersamaan, semangat, dan cinta pada Tasikmalaya,” pungkasnya. (LS)