TASIKMALAYA – Mustasyar dan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU) akan menggelar Musyawarah Kubro sebagai respons atas dinamika internal yang berkembang di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Forum ini dipandang sebagai langkah strategis para ulama sepuh untuk menjaga keutuhan, soliditas, dan marwah jam’iyyah NU.
Musyawarah Kubro dijadwalkan berlangsung di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, pada Minggu, 21 Desember 2025.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH Abdul Mu’id Shohib, menjelaskan bahwa musyawarah ini merupakan puncak dari rangkaian silaturahmi para masyayikh NU yang sebelumnya digelar di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso pada 30 November 2025 dan Pondok Pesantren Tebuireng pada 6 Desember 2025.
“Pertemuan ini menjadi wujud ikhtiar kolektif para sesepuh NU dalam merespons dinamika yang terjadi, sekaligus menjaga ukhuwah jam’iyyah di bawah bimbingan kebijaksanaan para ulama,” ujar KH Abdul Mu’id dalam keterangan resmi, (20/12/2025), dikutip dari rmol.id.
BACA JUGA : Hudaibiyah dan Pelajaran Kepemimpinan yang Sering Dilupakan Pemimpin Muslim
Menurut Gus Mu’id, Musyawarah Kubro mengusung tema “Meneguhkan Keutuhan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama”. Forum ini akan menghadirkan jajaran Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah PBNU, pimpinan badan otonom NU, serta Rais dan Ketua PWNU se-Indonesia.
Selain itu, turut diundang pengurus PCNU se-Indonesia, PCINU se-dunia, serta para masyayikh pengasuh pondok pesantren (Ashabul Ma’ahid) yang selama ini menjadi pilar utama NU.
Gus Mu’id menegaskan, musyawarah ini tidak dimaksudkan untuk memperuncing perbedaan, melainkan menjadi ruang tabayun dan konsolidasi moral organisasi di tengah berbagai dinamika yang muncul.
“NU dibangun dengan kebijaksanaan, musyawarah, dan keteladanan ulama. Musyawarah Kubro ini diharapkan menjadi peneduh dan penguat persatuan,” ujarnya.
Musyawarah Kubro NU ini diinisiasi oleh sejumlah ulama sepuh, di antaranya KH M. Anwar Manshur, KH Nurul Huda Djazuli, KH Ma’ruf Amin, KH Said Aqil Sirodj, KH Umar Wahid, dan KH Kholil As’ad.
Forum tersebut diharapkan mampu melahirkan pandangan dan sikap kebangsaan-keorganisasian yang menyejukkan, sekaligus memperkokoh NU sebagai jam’iyyah diniyyah ijtima’iyyah di tengah tantangan zaman. (LS)












