Pendidikan

Dunia Kerja Sedang Berubah Cepat, Skill Apa yang Masih Bertahan?

×

Dunia Kerja Sedang Berubah Cepat, Skill Apa yang Masih Bertahan?

Sebarkan artikel ini
Foto: ilustrasi

TASIKMALAYA – The Future of Jobs Report 2025 dari World Economic Forum (WEF) memberi sinyal serius bagi dunia kerja. Laporan itu menyebut 39% skill yang digunakan pekerja saat ini diperkirakan akan berubah atau menjadi usang pada 2025–2030. Dengan perubahan secepat ini, para talenta Indonesia perlu menyiapkan strategi agar tetap kompetitif dan cuan di pasar kerja global.

BACA JUGA : Bimtek Pencegahan ATS di Tasikmalaya Rampung, 1.062 Kepala SD Ikut Perkuat Strategi Pendidikan

Pendiri komunitas For Your Passion (FYP), Monica Hynd, menegaskan bahwa langkah pertama bukan langsung mencari skill baru, tetapi menyadari bahwa perubahan besar memang sedang terjadi. Setelah itu, barulah mencari tahu skill apa yang paling dibutuhkan secara global dan mencocokkannya dengan minat pribadi.

Kalau mau makan 10 tahun dari sekarang, saya harus punya skill ini. And then, see which one you like, karena nggak semua juga kita suka,” kata Monica dalam Seminar Nasional Lemhannas RI bertema Transformasi Sistem Pendidikan Nasional dalam Mewujudkan SDM Unggul di Jakarta, (27/11/2025), dikutip dari detik.com.

Foto: ilustrasi

Monica yang juga mentor di program Mentorship Indonesia Singapore Initiatives (MISI) di bawah PPI Singapura menambahkan, talenta muda Indonesia sejatinya tidak kalah secara kemampuan teknis. Namun, ia masih sering menjumpai masalah pada kemampuan komunikasi, baik lisan maupun tulisan yang membuat kandidat kalah bersaing pada interview kerja, presentasi kantor, atau proses promosi.

Menurutnya, lemahnya komunikasi bisa menjadi hambatan lolos rekrutmen luar negeri dan membuat pekerja Indonesia kalah cepat naik level dibanding rekan internasional.

Karena itu, selain mengasah skill inti, anak muda perlu meningkatkan komunikasi publik, presentasi, dan bahasa Inggris.

Microcredential untuk Belajar Sepanjang Hayat

Pada agenda yang sama, Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan Kemendikting Sains dan Teknologi, Heri Kuswanto, mengungkapkan bahwa pemerintah menyiapkan platform microcredential untuk mendorong pembelajaran sepanjang hayat.

“Agar semua masyarakat Indonesia yang masih punya kemauan untuk belajar bisa mendapatkan haknya,” ujarnya.

Heri yang juga Guru Besar Statistika ITS mengatakan bahwa upskilling dan reskilling berlaku untuk semua kalangan tidak peduli usia, pendidikan, atau jenjang karier. Bahkan seorang profesor, katanya, tetap perlu mempelajari komunikasi sains agar gagasannya dapat dipahami publik luas.

Sejalan dengan itu, Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Ir Tatacipta Dirgantara, MT, menyampaikan bahwa kampusnya menyediakan platform yang memungkinkan alumni terus menambah microcredential untuk memperkaya keilmuan mereka. Melalui sistem transkrip terbuka ITB, capaian belajar bisa langsung masuk ke transkrip akademik.

“Dua kredit, tiga kredit, ditabung di transkripnya dia, jadi transkripnya tumbuh, belajar sepanjang hayat,” ucapnya.

Skill yang Akan Turun dan Naik Permintaannya

Laporan WEF 2025 memperkirakan sejumlah skill yang permintaannya akan menurun tajam, di antaranya:

  • ketangkasan manual

  • daya tahan

  • kemampuan presisi

Sementara itu, skill yang diprediksi bakal paling dicari pada 2025–2030 mencakup:

  • berpikir analitis

  • ketangguhan dan fleksibilitas

  • leadership dan pengaruh sosial

  • kreativitas dan rasa ingin tahu

  • kemampuan belajar sepanjang hayat

  • literasi teknologi

  • kecerdasan buatan (AI) dan big data

  • jaringan dan keamanan siber

AI, big data, dan lainnya menjadi skill dengan laju pertumbuhan tercepat.

Profesi yang Menanjak dan Meredup

Perubahan kebutuhan skill ini juga mempengaruhi peta pekerjaan. Beberapa profesi yang diproyeksikan menurun antara lain:

  • kasir dan petugas tiket

  • asisten administrasi dan sekretaris eksekutif

  • teller bank

  • petugas layanan pos

  • petugas entri data

Sebaliknya, profesi yang diperkirakan naik daun mencakup pekerjaan garis depan seperti:

  • pekerja pertanian

  • pengemudi pengiriman

  • pekerja konstruksi

  • tenaga penjualan

  • pekerja pengolahan makanan

Sementara di sektor pelayanan publik, kebutuhan terhadap perawat profesional, pekerja sosial, konselor, asisten perawatan pribadi, guru jenjang menengah, dan dosen juga diprediksi tumbuh signifikan.

Di sektor teknologi, permintaan bahkan meningkat lebih cepat, mencakup:

  • spesialis big data

  • insinyur fintech

  • spesialis AI dan machine learning

  • software developer

Peralihan ke energi hijau juga mendorong munculnya profesi baru seperti:

  • spesialis kendaraan otonom dan kendaraan listrik

  • insinyur lingkungan

  • insinyur energi terbarukan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *