TASIKMALAYA — Nama Trans7 kembali menjadi sorotan publik setelah program Xpose Uncensored yang tayang pada Senin, 13 Oktober 2025, dinilai melecehkan Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo, Kediri, dan merendahkan martabat KH. Anwar Manshur serta para santri. Insiden ini menambah panjang daftar kontroversi yang pernah melibatkan lembaga penyiaran tersebut.
BACA JUGA : GP Ansor Tasikmalaya Kecam Keras Tayangan “Xpose Uncensored” Trans 7
Ketua DPW PPP DKI Jakarta Saiful Rahmat Dasuki menyebut, kasus terbaru ini bukan kejadian tunggal, melainkan bagian dari pola pelanggaran berulang Trans7 terhadap norma dan etika penyiaran di Indonesia.
“Kami mengecam keras tayangan Xpose Trans7 yang benar-benar menghina dan melecehkan para kiai dan pondok pesantren, utamanya Ponpes Lirboyo Kediri,” ujar Saiful dalam keterangannya, (14/10/2025), dikutip dari rmol.id.
Mantan Wakil Menteri Agama era Presiden Joko Widodo itu menilai, televisi nasional seharusnya menjadi sarana edukasi publik, bukan malah menyebarkan konten yang menimbulkan kegaduhan sosial dan merendahkan simbol-simbol keagamaan.
Khazanah (2012): Framing Tradisi Ziarah Kubur
Kontroversi pertama yang sempat menghebohkan publik terjadi pada tahun 2012, ketika program Khazanah di Trans7 menayangkan konten yang dianggap menyesatkan tradisi ziarah kubur di kalangan sebagian umat Islam Indonesia. Tayangan tersebut memicu kemarahan karena memframing praktik keagamaan itu sebagai perbuatan sesat.
Kritik deras datang dari berbagai ormas Islam hingga akhirnya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) turun tangan dan menjatuhkan sanksi dengan menutup sementara program Khazanah. Peristiwa itu menjadi sinyal awal lemahnya kontrol editorial Trans7 terhadap sensitivitas keagamaan masyarakat.
Yuk Kita Santai (2014): Hina Benyamin Sueb
Dua tahun berselang, Trans7 kembali membuat kegaduhan lewat program hiburan Yuk Kita Santai (YKS) pada 2014. Dalam salah satu episode, komedian Caisar melontarkan candaan yang mempersamakan Benyamin Sueb, ikon budaya Betawi, dengan anjing.
Ucapan itu memantik kemarahan besar dari berbagai komunitas Betawi. Massa bahkan mendatangi studio Trans7 dan kantor KPI untuk menuntut pertanggungjawaban. KPI pun akhirnya menutup program YKS pada 28 Juni 2014, sebagai langkah tegas atas pelanggaran etika penyiaran.
Xpose Uncensored (2025): Lecehkan Ponpes Lirboyo
Satu dekade kemudian, Trans7 kembali terseret polemik usai tayangan Xpose Uncensored menampilkan narasi yang dianggap merendahkan Ponpes Lirboyo dan para santrinya. Tayangan itu memicu kemarahan publik, terutama dari kalangan pesantren dan tokoh keagamaan.
Saiful menilai, kasus ini menunjukkan belum adanya efek jera bagi Trans7 meski sudah berulang kali dijatuhi sanksi oleh KPI.
“Kami menuntut KPI memberi sanksi tegas kepada Trans7, tidak hanya menutup program Xpose tetapi juga mengevaluasi izin penyiarannya. Sudah berulang kali mereka menyinggung suku, agama, dan antar golongan,” tegasnya.
Desakan Evaluasi Izin Siaran
Saiful menambahkan, UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran serta Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) secara tegas melarang tayangan yang menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
“Apabila sudah kesekian kalinya terbukti, maka izin penyiarannya dapat dicabut. Minimal, Trans7 dilarang menayangkan iklan untuk beberapa waktu agar ada efek jera,” pungkasnya.
Kasus terbaru ini menjadi ujian serius bagi KPI dalam menegakkan etika penyiaran nasional. Di sisi lain, publik menanti langkah nyata Trans7 untuk memperbaiki kualitas kontennya dan memulihkan kepercayaan masyarakat yang kembali tercoreng oleh rekam jejak panjang kontroversi mereka sendiri. (LS)