Kota Tasikmalaya

100 Hari Viman-Diky: Rakyat Bertanya, Janji ke Mana?

×

100 Hari Viman-Diky: Rakyat Bertanya, Janji ke Mana?

Sebarkan artikel ini
Foto/Net

TASIKMALAYAKU.ID – Seratus hari sudah Viman Alfarizi Ramadan dan Diky Candra menjabat sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tasikmalaya. Namun, alih-alih pesta syukuran atau pujian bertabur bunga, mereka justru disambut oleh gelombang kritik tajam dari mahasiswa.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya memilih cara yang tak biasa untuk menyampaikan kekecewaan. Mereka datang ke Bale Kota dengan orasi, teater jalanan, dan simbol visual yang tak mungkin diabaikan—sebuah banner besar bertuliskan “Raport Merah” dengan nilai-nilai jeblok untuk program 100 hari kerja Viman-Diky. Nilainya? ‘E’ besar, dan bukan untuk ‘Excellent’, melainkan ‘Tidak Lulus’.

Sembilan program unggulan yang digembar-gemborkan saat kampanye kini dinilai tidak menunjukkan hasil. Di antaranya:

  • Tasik Pintar yang belum terasa pintarnya

  • GEMAS (Gerakan Masyarakat Sehat) yang tampaknya belum menyehatkan

  • Perbaikan Ekonomi Wilayah (Pelak) yang masih tertinggal

  • Program One Kelurahan One Hafiz yang belum jelas outputnya

  • Hingga pengelolaan sampah dan penanganan banjir, yang justru masih menumpuk dan menggenang

BACA JUGA : 100 Hari Viman–Diky, PMII Kota Tasikmalaya: Kami Belum Meihat Langkah Konkret

Lebih ironis, hanya dua hal yang mendapat nilai ‘A’ dari mahasiswa: kegiatan seremonial yang meriah dan kebijakan yang, menurut mereka, menguntungkan oligarki. Sebuah sindiran tajam, seolah-olah mengatakan: pemerintah piawai dalam seremoni, tapi gagap dalam solusi.

Dalam aksi teatrikal, mahasiswa memerankan berbagai tokoh dengan kalimat satir:

  • “Aku rakyat yang diberi nilai 100!”

  • “Aku walikota yang terkoneksi tanpa solusi!”

  • “Aku mahasiswa bodoh yang tidak dianggap oligarki!”

Beberapa dari mereka mengenakan topeng bergambar wajah Wali Kota dan Wakilnya, menyampaikan kritik melalui simbol dan aksi diam yang justru lebih nyaring dari suara orator.

Puncaknya, Ketua HMI Cabang Tasikmalaya, Nazmi Nurazkia, membacakan tuntutan resmi mereka. Intinya jelas: tuntut pemerintah serius, tuntut mereka menepati janji, tuntut mereka bekerja—bukan hanya berseremoni.

Mereka mendesak agar:

  • Evaluasi politik dilakukan sesegera mungkin

  • Pelayanan publik diperbaiki secara nyata

  • Sampah, banjir, dan sekolah rusak ditangani serius

  • PAD (Pendapatan Asli Daerah) ditingkatkan dari sektor-sektor potensial

  • Dan, paling penting, masyarakat dilibatkan melalui pendekatan pentahelix, bukan hanya jadi penonton (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *