TASIKMALAYA – Kementerian Sosial (Kemensos) tengah menyelesaikan proses perekrutan besar-besaran tenaga pendidik untuk mendukung peluncuran program Sekolah Rakyat, yang ditujukan bagi anak-anak dari keluarga miskin di seluruh Indonesia. Sekolah ini akan mulai beroperasi pada Juli 2025.
Menteri Sosial Sarifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul, menyampaikan bahwa rekrutmen guru sudah memasuki tahap akhir dan akan tuntas dalam waktu dekat.
“Sekarang sudah dibuka untuk rekrutmen guru. Insyaallah nanti tanggal 23–24 Juni proses rekrutmennya selesai,” ujar Gus Ipul dalam keterangannya, (11/6/2025).
Selain guru, Kemensos juga merekrut tenaga pendukung lainnya seperti kepala asrama dan pamong siswa yang akan bertugas di 100 titik Sekolah Rakyat.
Hingga saat ini, Kemensos telah menyiapkan 1.554 guru dan 53 kepala sekolah untuk ditempatkan di berbagai lokasi. Jumlah ini masih bisa bertambah, menyesuaikan kebutuhan jumlah siswa dan rombongan belajar (rombel) di masing-masing daerah.
BACA JUGA : Kemendikdasmen: Jadwal Pembahasan Anggaran Pendidikan Gratis Masih Menunggu Kemenkeu
Program ini akan menampung sekitar 10.000 siswa dari berbagai jenjang, dengan total 396 rombel yang tersebar dalam dua gelombang peluncuran sepanjang 2025.
Wakil Menteri Sosial, Agus Jabo Priyono, menyebutkan bahwa perekrutan guru merupakan bagian krusial dari penyempurnaan sistem operasional Sekolah Rakyat.
“Kami pastikan para guru yang direkrut bukan hanya memiliki kompetensi mengajar, tetapi juga memahami pendekatan sosial dan psikologis siswa,” jelasnya, dikutip dari detikom.
Para guru tidak hanya akan bertanggung jawab mengajar, tetapi juga membina dan membentuk karakter siswa yang sebagian besar berasal dari latar belakang sosial rentan. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan pun bersifat menyeluruh, dengan pelatihan khusus yang akan diberikan sebelum tahun ajaran dimulai.
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. M. Nuh, menambahkan bahwa guru-guru akan didampingi dengan pelatihan berbasis nilai kemanusiaan, kepedulian sosial, dan penguatan karakter siswa.
“Ini bukan sekadar sekolah biasa. Guru yang direkrut harus siap menjadi bagian dari transformasi sosial,” ujarnya. (*)