TASIKMALAYAKU.ID – Di tengah udara dingin pagi hari di Puncak Telomoyo yang menjulang setinggi 1.894 meter di atas permukaan laut, sepasang suami-istri berdiri bersebelahan, menatap matahari yang perlahan menyingsing di ufuk timur. Di tangan mereka, sebuah spanduk terbentang bergambar keduanya dengan sepeda motor besar, dan tulisan yang menyiratkan makna perjalanan panjang yaitu bukan hanya secara geografis, tetapi juga emosional.
Mereka adalah Helmin MZ (65) dan Yuyun Yuniawati, pasangan asal Tasikmalaya yang baru saja menyelesaikan touring sejauh 1.200 kilometer pulang-pergi dari Jakarta ke Magelang, sebagai wujud syukur atas kemenangan pasangan Cecep Nurul Yakin dan Asep Sopari Al Ayubi dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kabupaten Tasikmalaya, 19 April 2025 lalu.
“Ini bukan cuma touring,” kata Helmin pelan, “Ini nazar kami. Dan lebih dari itu, ini cara kami menyatakan cinta: pada demokrasi, pada otomotif, dan pada tanah kelahiran kami, Tasikmalaya.”
BACA JUGA : Situasi Memanas Usai Pilkada Tasikmalaya, Kuasa Hukum Paslon 01 Akan Polisikan Wakil Bupati
Sebuah Nazar yang Melintasi Jalanan dan Makna
Bagi sebagian orang, nazar mungkin berupa sedekah atau syukuran. Bagi Helmin dan Yuyun, yang hidupnya tak pernah jauh dari dunia roda dua, nazar mereka diwujudkan dalam bentuk touring. “Kami ingin menunjukkan rasa syukur dengan cara yang kami cintai dan yakini,” ujar Yuyun.
Perjalanan mereka bukan sekadar lintasan aspal, tapi juga lintasan niat, komitmen, dan kepercayaan. Melintasi Bandung, Ciamis, Cilacap, hingga Dieng dan Magelang, pasangan ini menyusuri berbagai rute ekstrem dengan tanjakan dan turunan tajam, melewati daerah-daerah yang menyimpan kenangan sekaligus membangun koneksi baru dengan sesama pencinta otomotif.
Di setiap kota yang mereka singgahi, sambutan hangat dari komunitas motor lokal seakan menjadi bahan bakar tambahan untuk semangat mereka. Pertemuan dengan para pegiat otomotif di sepanjang jalan berubah menjadi ajang silaturahmi, berbagi cerita, dan memperkuat jejaring antar komunitas.
“Touring ini bukan hanya tentang kami,” jelas Helmin. “Ini tentang orang-orang yang kami temui di jalan. Tentang obrolan di warung kopi, tentang pelukan singkat sesama rider, tentang rasa senasib-sepenanggungan di jalan raya.”
Helmin: Dari Lintasan Balap ke Jalan Kehidupan
Nama Helmin MZ bukan nama asing di kalangan pecinta otomotif. Mantan pembalap gokart nasional ini pernah menjadi runner-up Kejuaraan Nasional Kelas Master 2014, dan pernah berlaga hingga ke Valencia, Spanyol. Ia adalah pemegang penghargaan IMI Award 2013 untuk prestasinya di bidang karting.
Lahir di Tasikmalaya pada 19 Agustus 1959, Helmin memulai karier balapnya sejak masih duduk di bangku SMA dengan motor Honda CB125 dalam ajang Grasstrack. Sejak pensiun dari dunia balap pada 2015, ia tidak pernah benar-benar meninggalkan lintasan, hanya saja kini jalannya adalah jalanan Indonesia, dan tim balapnya adalah keluarganya sendiri.
Ia kerap touring bersama anak dan menantunya. Putra sulungnya, Muhammad Ilham Zulfani, adalah seorang pengusaha muda di bidang telekomunikasi yang mewarisi kegemarannya akan motor. Kedua putrinya, Imania Syarifatunisa dan Aulia Nafisah, juga aktif dalam komunitas otomotif. Bahkan cucu-cucunya pun sudah menunjukkan ketertarikan pada dunia ini.
“Bagi saya, touring adalah cara menjaga warisan semangat,” kata Helmin. “Warisan itu bukan cuma soal kecepatan, tapi juga tentang nilai kebersamaan, kejujuran, dan cinta akan tanah air.”

Perjalanan Fisik dan Filosofis
Helmin dan Yuyun tak menampik bahwa touring sejauh 1.200 kilometer bukan hal mudah. Tanjakan curam, kondisi fisik yang menurun, hingga cuaca ekstrem menjadi tantangan nyata. Namun semua itu, kata mereka, mencerminkan realitas perjuangan yang lebih besar, terutama dalam konteks politik dan kepemimpinan daerah.
“Seperti halnya pemimpin, kita dituntut untuk konsisten, kuat menanjak, hati-hati saat menurun. Touring ini punya makna filosofis yang dalam,” ujar Helmin. “Kami berharap pasangan kepala daerah yang baru bisa belajar dari jalanan juga tentang ketangguhan, fokus, dan tujuan.”
Bukan Akhir, Tapi Awal Perjalanan
Sesampainya di Puncak Telomoyo, mereka membentangkan banner sebagai tanda bahwa janji telah terpenuhi. Namun bagi Helmin dan Yuyun, ini bukan garis finish. “Touring ini bukan akhir,” kata Helmin, “Tapi awal dari banyak perjalanan berikutnya bersama keluarga, komunitas, dan daerah kami.”
Mereka menyebut touring ini sebagai bentuk selebrasi atas demokrasi, dan sebagai simbol komitmen pasangan suami-istri untuk terus bergerak, mencintai, dan memberi makna dalam setiap kilometer yang ditempuh.
“Di atas roda dua, kami merasa bebas, tapi juga terikat. Bukan oleh beban, tapi oleh tanggung jawab untuk tetap menghidupkan semangat,” ucap Yuyun.
Helmin dan Yuyun bukan hanya menginjak pedal gas. Mereka menginjak janji. Dan di tengah sunrise Telomoyo yang menyala keemasan, janji itu kini resmi ditunaikan. (*)